Health Issue
Travel
Thoughts
Review

Don't Judge, please!

By hanaumiya - 1 September 2016

 “Don’t judge a book by its cover”

Kalimat ini sudah tidak asing lagi di telinga kita semua, namun bagi saya kalimat ini menjadi sebuah reminder tersendiri ketika saya mulai zhalim terhadap seseorang yang belum saya kenal. Zhalim di sini maksudnya adalah ketika saya mulai menilai atau menjudge seseorang dari penampilan luarnya saja tanpa terlebih dulu berusaha mengenal dan mencari tahu tentang orang tersebut.
Kenapa saya menggunakan kata 'zhalim'? Zhalim sendiri memiliki arti yang sangat luas yakni menempatkan suatu perkara bukan pada tempatnya, sifat kejam, ketidakadilan, melakukan kemungkaran dll (source :Wikipedia). Menurut pandangan saya, ketika kita menilai seseorang hanya dari apa yang terlihat oleh mata atau hanya menilai seseorang dari apa yang kita dengar dari orang lain, itu kemudian bisa menggiring kita pada persepsi selanjutnya yang justru semakin berbahaya karena bisa mengarah kepada fitnah.

Saya pernah mendengar quotes dari Bunda Theresa yang sangat indah"If you judge people, you have no time to love them". Mengajarkan kita untuk mengenal sesuatu terlebih dahulu untuk kemudian bisa mencintai, jika sejak awal kita sudah menjudge seseorang maka alam bawah sadar kita secara tidak langsung pasti akan menolak untuk mengenal orang tersebut lebih dalam dan kita tidak mungkin akan mencintainya. Saya percaya bahwa mindset kita akan menentukan apa yang akan terjadi kedepannya, ‘The power of Mindset’ itu benar-benar terbukti adanya.
Pernahkah terpikir oleh kita betapa sakitnya jika kita dinilai negatif oleh seseorang yang bahkan belum pernah berusaha mengenal kita dengan baik, mereka menilai kita dari luar, mereka menilai kita dari apa yang mereka dengar dari orang lain saja. Padahal penilaian itu belum tentu benar dan belum tentu terbukti, kita sebagai manusia yang beradab dan beriman sejatinya harus bisa lebih bijak dalam menyikapi hal ini.
Terkadang kita sebagai manusia selalu merasa sebagai yang paling baik, paling benar, paling mengerti tentang segalanya. Ketika kita menjadi senior lantas kita merasa bahwa kita yang paling hebat dan paling mengerti tentang segala urusan kantor dibandingkan junior; ketika kita menjadi seorang bos kemudian kita merasa yang paling benar dan berkuasa lalu merasa bahwa bawahan tidak akan mampu mengerjakan apa yang dia kerjakan; pun ketika kita menjadi seorang pengajar (baik guru, dosen atau ustadz sekalipun) lalu merasa bahwa kita yang paling memahami ilmu tersebut, yang paling mengerti akan hal tersebut dan anak didik tidak mungkin akan lebih pandai dari kita. Persepsi-persepsi seperti ini biasanya berakar dari proses judging yang terlalu dini. Toh pada kenyataannya kini banyak hal yang terbalik dari hal di atas. Banyak junior yang baru masuk di suatu kantor justru membawa ilmu baru yang ternyata lebih applicable untuk dimanfaatkan oleh senior-seniornya; banyak bawahan yang justru datang dengan sejumlah ide cemerlang dengan semua terobosan-terobosan masa kini yang justru bisa memambah produktivitas pekerjaan sang bos; pun kini hubungan antara pengajar dan anak didik tidak lagi sebatas komunikasi satu arah melainkan berupa forum diskusi yang justru pada akhirnya menghasilkan pemikirian-pemikiran baru yang sangat bermanfaat untuk perkembangan ilmu yang mereka miliki. 
Oleh karena itu, yukk kita kurangi kebiasaan kita untuk menjudge seseorang tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Di-judge itu sakit lhoo, kalau tidak mau di-judge maka belajar untuk tidak men-judge juga yaa teman-teman. Toh men-judge seseorang tidak lantas membuat kita tahu siapakah orang tersebut, justru itu menunjukkan siapakah diri kita yang sebernarnya ☺☺☺

No comments

Post a Comment