Health Issue
Travel
Thoughts
Review

Karma Does Exist

By hanaumiya - 13 August 2017




Pada masyarakat, kata KARMA sudah banyak dikenal luas, karma bisa juga diartikan sebagai hukum tabur tuai atau dengan bahasa harafiahnya adalah bahwa semua perbuatan yang pernah kita lakukan sejatinya akan kembali kepada kita, cepat atau lambat. Nah, dalam islam hal seperti ini disebut dengan kifarah. Jika kita melakukan kebaikan, maka hal baik akan kembali pada diri kita dan begitupula sebaliknya. 

Saya pernah mendengar sebuah kajian yang mengatakan bahwa tidak datang sebuah musibah melainkan karena dosa yang kita buat sebelumnya. Jika kita mendapat musibah, coba ingat-ingat lagi dosa apa yang sebelumnya kita buat, mungkin inilah balasan atas dosa-dosa tersebut.

Di sini mungkin konsepnya sama, pada intinya jika kita berbuat hal negatif maka hal negatif itu akan kembali ke diri kita, pun sebaliknya jika kita berbuat hal baik maka hal baik itu pula akan kembali kepada kita.

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya berangkat ke kantor, kartu flash saya tertinggal dan saya randomly minta tolong pada seorang ibu, dan ibu itu dengan senyum langsung memberikan flashnya untuk saya tap masuk tanpa mau saya bayarkan. Padahal sebetulnya saya bisa saja membeli kartu baru dengan harus mengantri di antrian top up, tapi saya memilih untuk minta tolong orang saja, dan ternyata I got it easily. Kemudian saya teringat, kemarin saya mengalami kejadian yang persis sama dengan posisi saya yang meminjamkan kartu flash saya untuk orang lain. Menolong orang dan kita mendapat pertolongan balik dengan cara yang persis sama. 

Contoh lainnya yang lebih seru. kisah seorang sahabat yang sebut saja namanya Rani. Berapa tahun yang lalu dia dihubungi oleh seorang wanita yang tidak dikenalnya, sebut saja namanya Lina. Lina menanyakan status hubungan Rani dengan pacarnya saat itu yang bernama Ari, karena si Ari ini ternyata sedang intens PDKT dengan Lina, sedangkan dari medsos lelaki itu, Lina menemukan bahwa lelaki itu masih berstatus pacar wanita lain yang tak lain dan tak bukan adalah Rani. Keberanian Lina menghubungi Rani tak lain karena dia tidak ingin menjadi perusak hubungan orang, makanya dia ingin memperjelas status lelaki itu sebelum mengenal lelaki itu lebih jauh. Dan dari situ dia jadi tahu orang seperti apa lelaki itu. Dari kejadian ini, Rani dan Lina kemudian menjadi teman baik, mereka sharing pengalaman dan saling meguatkan di saat dibutuhkan. Setahun berlalu hingga kedua wanita itu sudah memiliki pasangan baru masing-masing. Tiba-tiba kejadian di atas terulang persis dalam kehidupan Lina, dia dihubungi oleh wanita lain dan dengan kejadian yang sama terjadi pada pacarnya. 

Awalnya Lina merasa bahwa apa yang dialaminya adalah karma karena dulu dia pernah membongkar kedok Ari di depan Rani, semua dibalas persis sama selang satu tahun berlalu. Namun ketika ditelaah lebih lanjut, sebetulnya Lina sedang menuai hasil dari apa yang ditanamnya dulu, Jika dulu yang dia lakukan telah menyelamatkan Rani dari lelaki tidak baik itu, maka kini giliran dia yang diselamatkan oleh wanita lain dari lelaki itu. Dengan begitu kedua wanita itu sama-sama tahu bahwa lelaki macam mereka bukanlah lelaki baik-baik dan bukan lelaki yang pantas untuk dipertahankan. 

Ketika seseorang berniat dan melakukan sesuatu untuk menyelamatkan orang lain, maka Allah akan membalas hal yang sama dengan cara yang tidak terduga-duga. Dengan cara yang mungkin secara logika agak aneh, tapi ternyata benar-benar terjadi. 

Sama halnya begini, misalnya saja ketika kita dizhalimi oleh orang lain, misal kita difitnah atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain, sebetulnya kita tidak perlu membalas semua itu dengan cara yang sama. Kalau kita membalas maka kita tidak ada bedanya dengan orang tersebut. Cukup percaya bahwa Allah akan membalas semua luka, membalas semua sakit hati, semua kerugian yang kita alami melalui tangan-tangan malaikatNya. Percaya deh, tidak ada satu perkarapun yang luput dari mata Allah, sekecil apapun yang kita lakukan kepada orang lain, pun sekecil apapun orang lain melukai kita, Allah sudah persiapkan semua balasannya. Be careful with your action guys!




"Jika kita mendapat satu kebahagiaan, boleh jadi itu adalah hasil dari perbuatan baik yang kita lakukan sebelumnya. Dan jika kita mendapat satu duka, maka boleh jadi itu adalah juga akibat dosa dan kesalahan yang kita lakukan di masa lalu." - HNU



The Story - Unfulfilled Promise (Part 2)

By hanaumiya - 12 August 2017


Rhaga

“duh, bosan banget gue sakit begini seharian di rumah, gue mau ke makam aja deh” ujar Rhaga seraya bangun dari ranjangnya. Rhaga yang hari itu tidak masuk kantor kemudian berangkat ke makam ayahnya, mengaji dan mengirimkan doa. Itu adalah salah satu kebiasaannya, setiap ada waktu dan setiap kali hatinya tidak enak Rhaga akan pergi ke makam ayahnya sekedar untuk bercerita dan berdoa.

“Masih ada waktu, gue ke makam Reno sekalian deh” Ia kemudian melanjutkan perjalanan menuju makam Reno yang letaknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Reno, sahabatnya sejak kecil, sahabat yang selalu ada setiap saat, sahabat yang sangat menyayanginya dan juga Arimbi. Seusai mengaji dan berdoa di makam Reno, Rhaga mematung, hatinya tidak tenang, merasa bersalah pada seseorang yang seharusnya dibuatnya bahagia namun justru dikecewakannya, dan iapun bergegas pergi menuju tempat itu.

Tidak lama kemudian Rhaga sudah berdiri di depan makam ayah Arimbi. Makam seorang ayah yang putrinya telah ia sakiti, tempat yang pernah dikunjunginya bersama Arimbi untuk memohon restu. Namun hari itu Rhaga kembali ke sana bukan dengan rasa bangga karena telah menjaga dan membahagiakan Arimbi, melainkan datang dengan penuh malu dan rasa bersalah karena telah melalaikan janjinya kepada beliau, ia datang dengan membawa kekecewaan untuk lelaki itu.

“Rhaga, kalau kamu serius dengan Arimbi, kamu harus jaga dia, jangan pernah sakiti anak gadis Om ya Ga.” Ucap Om Arya
“Iya Om, aku serius dengan Arimbi, aku akan jadikan dia satu-satunya wanita yang aku cintai, aku akan jaga dia dan aku ngga akan mengecewakan Om” jawab Rhaga
“Lelaki sejati tidak akan menjilat ludahnya sendiri, kamu paham kan maksud Om” tanya Om Arya
“Iya Om, aku paham” Rhaga menyambung dengan yakin

Itulah sepenggal percakapan terakhir Rhaga dengan lelaki itu, sebelum akhirnya ayah Arimbi meninggal beberapa bulan kemudian. Batinnya menangis mengingat janji yang yang pernah diucapkannya pada beliau. Tapi dia tidak punya kekuatan untuk melawan jalan takdir yang dipilihnya, saat itu.

“Om, saya minta maaf karena tidak bisa menepati janji pada Om” Rhaga lirih menyelesaikan kalimatnya. Ia sadar, tidak sepantasnya ia menunjukkan batang hidungnya di sana, jika Arimbi tahu pasti dia akan marah besar. Tapi Rhaga siap jika harus menerima kemarahan Arimbi, menerima luapan emosi wanita yang pernah dan masih menjadi bagian penting dalam hidupnya itu.

Selesai membersihkan makam, mengaji dan berdoa, Rhaga kemudian pergi. “Mungkin ini akan menjadi kali terakhir saya datang ke sini Om, sekali lagi saya minta maaf” ucap Rhaga dalam hati sambil mengelus nisan Om Arya dan kemudian Rhaga beranjak meninggalkan tempat itu.

“Mbi, aku kangen, tapi aku ngga bisa ngehubungin kamu, aku ngga mau nyakitin kamu lagi Mbii” Ujar Rhaga dalam hati. Batinnya menangis merasa ada yang hilang dari hidupnya setelah ia melepaskan wanita itu.



Surgaku Nerakaku, cuma Dia yang tahu



Pernah ngga sih kalian denger atau ngeliat orang yang dengan gampangnya nge-judge tentang amalan atau ibadah orang lain dengan membawa-bawa urusan surga dan neraka. Well, misalnya aja begini, ketika ada seseorang yang mengadakan acara santunan kaum dhuafa dan mungkin acaranya besar. Akan ada tuh pihak-pihak dari luar yang dengan santainya bilang "sedekah kok diumbar-umbar, riya banget ya!" 

Astagfirullahaladzim, kenapa sih masih aja ada orang yang sibuk banget ngeliatin dan ngurusin urusan orang lain, ngapain sih bikin dosa dengan menilai apakah ibadah orang itu baik atau tidak, ikhlas atau tidak, toh itu semua sama sekali bukan kuasa mereka loh, juga bukan kuasa satu orangpun di muka bumi ini, semua itu cuma kuasa ALLAH. 

Kalau misalnya kondisinya dibalik "saya mau megadakan santunan dhuafa besar-besaran ah, mumpung ada rejeki, dan malu juga sama orang-orang kalau saya mengadakan santunan kecil-kecilan saja, bisa hilang muka saya di mata warga". Nah kalau seperti ini keadaannya juga sebetulnya bukan urusan kita juga. Semua hal yang kita lakukan bernilai ibadah atau tidak, berbuah pahala atau tidakpun semua itu cuma Allah yang bisa menilai. 

Dengan membuat statement berikut untuk orang lain :

"ibadahnya riya banget, mana mungkin dapet pahala?"
(yang menilai riya itu kan si oknum ini sendiri ya, toh belum tentu si pelaku bener-bener berniat riya. Pertama kalau misalkan benar seperti yang dituduhkan, terus urusannya sama si oknum ini apa? apa dengan berkomentar seperti itu dia akan dapat pahala? yaa enggak dong, justru malah berdosa karena bernilai 'gunjingan'. Ketika si oknum mengurusi pahala orang lain, apa dia udah yakin pahala dia udah lebih banyak dari orang yang diurusin?)

"durhaka sama orang tua tapi rajin sedekah mana mungkin masuk surga"
(hayooo yang menilai orang itu durhaka siapa? bisa jadi menurut dia orang itu anak durhaka tapi bagi orang tuanya justru dia anak baik, lalu ditambah dengan rajin sedekah, dan semua itu ternyata diganjar pahala sama Allah, lalu urusan sama si oknum itu apa hayoo? gak untung justru buntung karena nambah dosa)

"kelihatannya saja anak alim, tapi rajin main perempuan, ngga takut sama Allah apa ya?"
(yang menilai anak itu alim siapa? si oknum itu juga kan ya? bisa jadi orang itu sebetulnya ngga alim juga, terus mungkin dia juga memang hobi main perempuan. Lalu ngapain kita ngurusin dosanya orang itu atau bahkan ngurusin nerakanya dia? ngga ada untungnya Sis Bro.

Atau statement ini untuk diri sendiri dan orang lain :

"Kalau sedekahnya banyak mudah-mudahan pahalanya makin banyak, ngga seperti tetangga sebelah yang sedekahnya sedikit-sedikit"
(Ini lumayan bahaya, karena bercampur dengan rasa sombong di dalamnya karena merasa lebih baik dan menendahkan pihak lain. Belum tentu sedekah yang banyak akan benilai pahala yang banyak juga. Dan bisa jadi sedekah orang lain yang sedikit itu justru lebih diterima oleh Allah karena keikhlasannya)

"Alhamdulillah saya ustadz, jadi saya bisa memberikan banyak ilmu bagi orang lain, tapi lihat deh si bapak X, bukan ustadz juga bukan ulama kok pede banget ngajarin orang mengaji"
(sama dengan cerita di atas, kalimat ini juga mengandung kesombongan, karena setahu saya, dalam agama kita diminta untuk berbagi ilmu meskipun hanya satu ayat. Tidak harus menjadi ulama besar atau ustadz kondang terlebih dahulu baru kita boleh mengajarkan sesuatu kepada orang lain. Misalkan saja sekedar untuk mengajarkan membaca alquran dengan tajwid, jika kita sudah tahu dan mengerti dengan baik, maka tidak ada yang salah kalau kita mau berbagi ilmu itu kepada orang lain, sedikit ilmu jika dibagikan dengan ikhlas insyaallah Allah akan melihatnya).

Jangan pusing-pusing mikirin pandangan orang lain pada diri kita, biarkan saja orang lain mau menilai kita seperti apa, mau dipandang rendah sekalipun kita tidak perlu khawair. Toh pandangan mereka tidak akan mengubah secuilpun pandangan Allah terhadap diri kita. Belum tentu mereka yang merasa lebih baik, mereka yang merasa lebih beriman, mereka yang merasa terhormat itu di mata Allah jauh lebih baik dari kita. No way!

Sooo... intinya ngga usah buang-buang energi, tenaga dan pikiran untuk ngurusin dosa atau pahalanya orang lain, surga kita aja belum tentu terjamin, terus ngapain sampai ngurusin surga dan nerakanya orang lain. Penilaian kita sebagai manusia itu sama sekali tidak akan memengaruhi penilaian Allah terhadap setiap hambanya. Bernilai pahala atau tidaknya suatu amalan yang kita lakukan, semua berbalik kepada niat awal kita ketika melakukannya, dan satu-satunya penilai terbaik dan hakim terbaik adalah Allah SWT.



"Jangan pernah pusing dan takut atas penilaian orang lain terhadap diri kita, pusingkan dan takutkanlah penilaian Allah terhadap diri kita." - HNU

Live Our Own Life

By hanaumiya - 11 August 2017

Hari baru telah tiba
Jalan kehidupan membawa kita hingga di titik ini
Semua memori, semua kenangan, semua pengalaman
Menuntun kita berdiri di ujung jalan

Tahukah kamu bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini
Kebersamaan kala itu memang sudah saatnya terjadi
Dan perpisahan itu juga memang sudah saatnya terjadi
Kehadiranmu dan kehadiranku dan perpisahan itu

Tuhan terlalu pandai memainkan bidak catur dalam hidup setiap umatNya
Setiap kejadian, setiap kehadiran dan setiap kehilangan
Memiliki makna tersendiri bagi perjalanan hidup mereka
Dan itu adalah bagian dari rahasia Tuhan yang telah direncanakan

Kamu adalah kamu dan aku adalah aku
Kini kita menapaki jalan yang berbeda
Karena Tuhan menginginkan begitu
Itulah takdir, dan berbahagialah untuk itu

Kamu adalah kamu

Hidupmu adalah kamu yang menjalani
Hari-harimu adalah kamu yang melalui
Dan kebahagiaanmu adalah kamu sendiri yang mengetahui

Tidakkah kamu tahu apa yang sebetulnya kamu mau
Tidakkah kamu ingin melakukan apa yang memang membuatmu bahagia
Dan tidakkah kamu berniat melakukan sesuatu yang kamu inginkan dan bukan yang mereka inginkan darimu.

Baik menurutmu belum tentu baik pada akhirnya
Baik menurut mereka belum tentu juga baik pada akhirnya
Tapi baik menurutNya sudah pasti baik pada akhirnya. Maka mintalah padaNya

Apa bahagianya melakukan sesuatu yang disukai mereka tapi tidak disukai olehmu
Apa mereka bahagia melihatmu melakukan apa yang tidak disukai olehmu
Tidak inginkah kamu melakukan sesuatu yang disukaimu dan perjuangkan supaya mereka juga menyukainya. 

Hidup terlalu singkat untuk sekedar menjadi bidak catur orang lain
Jadilah lelaki untuk dirimu sendiri
Jadilah pelindung bagi tulang rusukmu kelak
dan jadilah kebanggaan bagi mereka para penerusmu



If you are searching for the person that could change your life, then take a look in the mirror. - anonymous

The Story - When Feelings Blind the Eye

By hanaumiya - 5 August 2017


Hujan turun dengan deras di tengah musim kemarau hari ini, bau hujan menyapu tanah tercium dengan sangat jelas. Siang itu Kinara duduk manis di jendela kamarnya, terdiam menikmati setiap tetes air hujan yang jatuh ke rumput di taman depan kamarnya. Tidak ada yang menarik dari taman itu selain berlapis rumput gajah dan beberapa pot bunga yang sengaja ditanam oleh sang ibu. 

"Kina, kamu ngapain melamun begitu? nanti kesambet aja" suara sang ibu terdengar dari pintu kamar membuyarkan lamunannya. "Ngga Bu, aku lagi nikmatin suasana hujan aja, tenang banget rasanya" jawab Kinara. Iapun kemudian menyusul Ibu yang duduk di ranjang kamarnya dan meletakkan kepala di paha ibunya. Itu adalah tempat paling nyaman bagi Kina di mana ia bisa dengan terbukanya bercerita, sharing dan menerima masukan dari Ibu.

"Kamu ingat ngga si Harris anaknya tante Risti, itu lho temen kamu TK dulu" Ibunya memecah keheningan. 
"Inget dong bu, si Harris yang waktu itu kita kondangan ke nikahannya kan?" tanya Kina
"Iya bener, kemarin ibu ketemu sama tante Risti, dia bilang si Harris udah cerai sama istrinya. Kasihan ya" Ibu melanjutkan
"Hah??? kayaknya nikahnya baru tahun lalu deh Bu, masa udah cerai aja, macam selebriti aja sih" timpal Kina sambil setengah bercanda
"Mungkin memang sudah tidak cocok lagi kali ya, tapi kalau menurut tante Risti masalahnya adalah karena orang tua istrinya Harris terlalu banyak ikut campur dalam keluarga mereka, terlebih si Risti itu lebih sering menghabiskan waktu untuk bekerja di luar daripada melayani suaminya di rumah" ibu melanjutkan.

Kinara terdiam mendengar cerita Ibu, berusaha mencerna dan memahami tragedi yang menimpa teman kecilnya itu. Kina menyadari begitu banyak kisah perceraian yang ia dengar dari kalangan teman-temannya. "Yaa Allah, semudah itukah orang memutuskan untuk bercerai?" Kina berbisik dalam hati.

"Makanya, kamu sebelum menikah pikirkan masak-masak dulu, Ibu ngga mau kamu mengalami hal yang sama seperti Harris" ucap Ibu memecah lamunan Kina

"Iya bu, Kina juga ngga mau, Kina mau menikah seperti Ibu sama Ayah, berpisah hanya karena dipisahkan oleh maut. Makanya, Kina ngga mau buru-buru dan gegabah, bukan berarti Kina picky dalam hal mencari pasangan hidup. Kina akan menikah jika Kina sudah menemukan lelaki yang tepat untuk menjadi imam Kina dan lelaki yang layak menjadi ayah dari anak-anak Kina kelak, karena pernikahan itu bukan perlombaan yang mengharuskan lebih cepat lebih baik, tapi mengenai lebih tepat dan lebih baik. Bukan mengenai seberapa cepat sepasang kekasih menikah, tapi mengenai seberapa lama pasangan itu bisa mempertahankan biduk rumah tangga mereka" ujar Kina berkaca-kaca

Ibu mengangguk setuju sambil membelai lembut rambut Kinara. Rambut hitam lebat nan tebal yang sangat cantik dibalik kerudung yang menjadi hijabnya selama satu tahun terakhir.

"Ibu percaya janji Allah bahwa wanita baik adalah untuk lelaki baik dan begitupun sebaliknya. Ibu berdoa semoga kamu istiqomah dengan hijrahmu ini nak, di depan sana Allah sudah siapkan lelaki baik-baik yang juga sedang berusaha menemukanmu. Kamu harus percaya kalau kamu meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik" ucap Ibu

"Kamu harus bahagia ya Nak, jangan pernah melakukan sesuatu yang tidak membuat kamu bahagia, kebahagiaan orang tua adalah ketika melihat anak-anaknya bahagia melakukan apapun yang mereka putuskan, selama masih di jalan Iliahi" satu kalimat yang keluar dari bibir Ibu membuat bulir air mata jatuh dari mata Kinara.

Kinara meremas tangan Ibu merasa ada kekuatan besar yang mengalir ke dalam dirinya, ia hanya percaya bahwa dukungan dan kasih sayang dari keluarganya adalah salah satu sumber kekuatannya dalam melewati setiap kesulitan. Sayangnya baru belakangan ini Kinara menyadari semua itu, betapa ia baru menyadari betapa selama ini ia telah mengalahkan keluarganya hanya untuk orang lain. Tak lain karena selama ini matanya tertutup oleh sebuah rasa yang ia kira adalah 'cinta'.



Untuk mengetahui apakah rasa itu bernama cinta atau bukan, lihatlah pada efek yang ditimbulkan olehnya. Jika itu membuatmu semakin mendekat pada kebaikan dan pada Tuhanmu, maka itulah cinta. Namun jika sebaliknya, mungkin itu hanyalah sebuah rasa yang salah. - HNU