Health Issue
Travel
Thoughts
Review

Jalur Langit Di Persimpangan Jalan

By hanaumiya - 30 December 2019


Kepiting cabai, udang kaldu herbal, sambal kangkong dan semilir angin laut menemani Arimbi di Jumbo Restaurant East Cost malam itu sambil menunggu Diandra yang katanya sudah dalam perjalananan untuk menemuinya. Ini adalah kali ketiga Arimbi datang ke Singapura seorang diri untuk menemui sahabat kecilnya yang sedang dalam masa penugasan di Negeri Singa. Entah kenapa, Singapura selalu menjadi tempat yang paling tepat untuk melarikan diri sejenak dari semua kepenatan dan keruwetan di Jakarta. Dan Ia butuh ketenangan, sendiri, dan jauh dari hingar bingar ibukota.

Suasana malam di East Cost punya daya tarik tersendiri karena ambiance-nya yang terasa sangat meneduhkan. Beberapa restaurant seafood dan juga Chinese food lainnya dengan konsep outdoor berjajar dengan apik. Ada pemandangan laut di seberangnya, juga di satu sudut di seberang Jumbo Restaurant ada sekelompok pemain musik akustik sedang mempertontonkan kebolehannya dengan lagu-lagu yang selalu berhasil mendikte perasaan Arimbi.

"Coba kamu ada di sini yah, Dim" Arimbi berbisik dalam hati. Lelakinya kini sedang di tengah laut menjadi tukang minyak demi kelangsungan pasokan minyak di dunia ini, haha.. lebay memang. Menjalin hubungan dengan lelaki yang bekerja di offshore memang bukan perkara mudah, jarak menjadi perkara yang sudah tidak mungkin untuk dibahas, belum lagi kendala koneksi internet yang up and down seenak jidatnya, bener-bener ngga ngertiin sulitnya long distance relationship tanpa adanya jaringan internet yang strong se-strong para pelakunya. Tapi ini pilihan Arimbi, sejak mengenal Dimas dan memutuskan untuk memulai semuanya, Ia sudah siap dengan semua resiko ini dan Ia berjanji tidak akan mengeluhkan perihal ini dengan lelakinya. 

Sebagai Chief Engineer di offshore rig, waktu kerja dan waktu off Dimas adalah 2:1, dua bulan di offshore dan satu bulan off. Beruntung kali ini dia bekerja di salah satu perusahaan yang menempatkannya di lepas pantai daerah Batam, jadi tidak terlalu jauh dari Jakarta dan Singapore_tempat pertama kali Arimbi dan Dimas dipertemukan oleh Sang Sutradara kehidupan.

Empat bulan sudah Arimbi dan Dimas memutuskan untuk saling mengenal lebih jauh, tanpa melalui proses tembak-menembak ala remaja, tanpa ada status pacaran, mereka berkomitmen untuk menuju ke arah yang sama setelah tiga minggu sejak perkenalan pertama mereka di depan MBS malam itu. Waktu yang tergolong singkat bagi Arimbi, terlebih selama ini Ia terbiasa menjalani masa penjajakan yang cukup lama dengan seseorang sebelum akhirnya membiarkan orang tersebut memasuki hatinya. Namun nyatanya, seorang Dimas yang datang tanpa terduga, Dimas yang tidak datang menawarkan cinta dan juga tidak mengobral janji. Dimas yang dengan pemikiran terbukanya hadir di sisi Arimbi tanpa mendesak, dan tanpa memaksa.

Dimas yang introvert dengan semua kisah masa lalunya yang tidak pernah terbayangkan oleh Arimbi, mungkin itulah yang menjadi awal keingintahuan Arimbi terhadap lelaki ini. Arimbi percaya bahwa masa lalulah yang sedikit banyak mempengaruhi sikap dan pemikiran seseorang pada hari ini. Masa lalu yang berat, kelam dan pedih, akan menuntun seseorang menuju dua kutub magnet yang berbeda. Di persimpangan jalan itulah seorang individu diberi kesempatan untuk memilih apakah Ia akan menuju kutub kiri karena kekecewaannya pada jalan takdir juga untuk memberontak pada Yang Kuasa, atau justru Ia memilih ke kutub kanan dengan segala keyakinan bahwa Ia mampu melewati ujian itu dan akan ada kebahagiaan setelah badai yang datang dalam kehidupannya.

Mungkin Dimas hanya salah satu dari sekian banyak orang yang justru merasakan kedua kutub itu, setelah sempat terpuruk atas kejadian yang kemudian menuntunnya ke kutub yang salah, Ia kemudian disadarkan oleh Tuhan dan kembali mencari jalan untuk menuju kutub yang berlawanan, hingga Tuhan mempertemukannya dengan Arimbi.

Menjalani long distance relationship bukanlah perkara mudah, apalagi kelak jika ini berlanjut menjadi long distance marriage dan inilah yang selalu menghantui Arimbi dan Dimas. Sebelum memulai semuanya, mereka menyadari akan banyaknya kesulitan dan tantangan yang harus mereka hadapi kedepannya. Tidak mudah juga bagi mereka untuk sama-sama meyakinkan diri masing-masing dan juga satu sama lain untuk berani memulai dan mencoba hubungan ini. Tentu bukan hal mudah juga bagi Dimas untuk membuat Arimbi percaya dan terus berusaha melalui 'jalur langit'.

Inilah titik awal yang akhirnya membuat Arimbi mau memulainya, Dimas meminta Arimbi membawa namanya dalam setiap doa, meminta petunjuk pada Tuhan jika memang ini adalah jalan yang terbaik untuk mereka berdua. Dimas sudah melakukannya sejak awal pertemuannya dengan Arimbi hingga akhirnya dia memantapkan hati untuk mengungkapkan niatnya pada gadis itu. Tugas selanjutnya ada di sisi Arimbi, Dimas tidak ingin memaksa, Ia hanya meminta Arimbi meminta pada Tuhan sebuah petunjuk dan jawaban atas niatnya terhadap gadis itu.

Setiap hari di sepertiga malam, mereka bangun untuk bersama-sama memohon petunjuk dari Sang Pemilik Hati, mencoba mencari keyakinan yang didatangkan olehNya dan bukan dari dorongan syaithan yang berusaha menjerumuskan.

Ini adalah kali pertama Arimbi melakukan hal seperti ini ketika akan menjalin hubungan dengan seseorang. Yang ada di pikirannya selama ini hanya “just go with the flow, kalau memang kita cocok yaa semua akan berlanjut sebagaimana mestinya” tapi justru inilah yang membedakan dengan Dimas dengan lelaki lain di masa lalunya. Dimas tidak ingin menjalani hal seperti itu, dia ingin sesuatu yang akhirnya dia jalani adalah berdasarkan petunjuk dan keyakinan yang didapatkan melalui ‘jalur langit’. Satu bulan pertama, Arimbi merasakan keyakinan yang entah bagaimana begitu kuat sehingga akhirnya Ia bisa memulai semua ini, sebuah hubungan yang entah disebut apa, yang berjarak ribuan kilometer dan hanya bisa dijangkau melalui jaringan internet. And this is the hardest part, Babe!

Ketika semua itu dimulai, Dimas selalu mengajak Arimbi untuk semakin kuat berusaha melalui ‘jalur langit’ itu, Ia tidak ingin berhenti di sana karena Ia sadar bahwa kesulitan dan gelombang ujian dalam hubungan ini tentu masih akan sangat kuat. Terpisahkan jarak ribuan kilometer antara daratan dan lautan, di sepertiga malam mereka bersama terbangun untuk menguatkan rayuan pada Sang Pembolak-balik Hati. Bersama-sama berdoa meminta dibersamakan jika memang ini adalah yang terbaik, atau justru jika memang kebersamaan ini tidak membawa kebaikan agar segera dijauhkan dan dipulihkan rasa di antara mereka. Sebegitu dewasanya pemikiran dan keyakinan yang ditularkan Dimas pada Arimbi yang kemudian benar-benar dijalankan oleh Arimbi, dan membawa Arimbi ke titik memasrahkan segalanya pada Illahi. Hal ini adalah salah satu pencapaian terbesar yang telah dilakukan Dimas dalam hidup Arimbi, yakni memperkenalkan dan mengantarkan Arimbi kepada titik tertinggi dalam ketenangan hidup, yaitu tentang berpasrah pada segala keputusan Tuhan.

Cinta yang dikenal oleh Arimbi selama ini adalah tentang dua insan yang berlomba-lomba berusaha membahagiakan, tentang mengumbar rasa cinta, juga tentang saling berusaha menjadi yang terbaik agar sang pasangan tetap menetap di sisi. Namun Dimas dengan lantangnya mendobrak semua standar cinta yang selama ini bertahta dalam angan-angan Arimbi, Dimas jelas tidak menyatakan cinta,  Dia tidak mengobral janji dan juga tidak melontarkan pujian hanya untuk membuat Arimbi luluh. Lelaki ini berbeda dengan caranya yang unik.

"Kalau aku boleh minta tolong, aku mau kamu meminta ke Tuhan untuk menumbuhkan rasa itu di hati kamu Mbi, kalau di mata Tuhan semua ini akan membawa kepada kebaikan, aku percaya bahwa Tuhan juga akan menumbuhkan rasa yang sama di kamu Mbi." Itu hanyalah satu dari sekian banyak kalimat keberpasrahan Dimas yang membuat Arimbi banyak berpikir hingga akhirnya 'jalur langit'lah yang menuntun setiap langkahnya, juga setiap keputusan dalam bab hidupnya, termasuk tentang kisahnya dengan Dimas.