Health Issue
Travel
Thoughts
Review

Ibumu adalah Guru Terbaikmu (Part 2)

By hanaumiya - 28 December 2016


Aku pernah mengenal seorang teman lelaki, di mana ibunya pernah mengatakan padanya bahwa sebagai seorang laki-laki ia harus banyak-banyak mengenal wanita, banyak-banyak memiliki pacar adalah salah satu yang dianjurkan oleh sang ibu. Beliau juga mengatakan bahwa selagi muda boleh memiliki banyak pacar, tapi setelah menikah hanya boleh memiliki satu istri. Alasannya adalah semakin banyak mengenal dan menjalin hubungan dengan berbagai wanita maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan wanita terbaik untuk menjadi pendamping hidupnya. Laki-laki berhak menyeleksi wanita terbaik untuk menjadi ibu dari anak-anaknya kelak,

Ada keganjilan yang aku rasakan ketika mendengar rentetan kalimat itu. Aku tidak mengatakan bahwa konsep yang dikatakan oleh beliau itu salah, aku hanya akan mengemukakan pendapat dari sudut pandangku sebagai seorang wanita dan sebagai anak perempuan dari seorang ibu yang memiliki pemikiran yang berbanding terbalik dengan konsep yang beliau kemukakan. 

Menurutku statement tersebut menempatkan wanita sebagai objek yang seakan tidak ada nilainya di mata beliau, wanita dijadikan sebagai objek yang bisa dengan mudahnya dipilih dan diseleksi tanpa mempertimbangkan aspek hati dan perasaan mereka. Sebagai seorang wanita, aku tentu tidak setuju dengan konsep ini, terlebih konsep ini keluar dari mulut seorang wanita yang juga merupakan seorang ibu.

Mungkin kalimat itu hanya ditujukan untuk anak laki-laki beliau saja, namun bagiku padangan dan pemikiran seperti itu sangatlah egois. Aku paham bahwa setiap orang tua mengingkan agar anaknya mendapatkan pasangan hidup yang terbaik, namun jika proses pencariannya dilakukan dengan cara yang demikian maka bagiku itu sangatlah tidak tepat dan tidak bijak. Setiap wanita berhak diperlakukan dan didapatkan dengan cara yang baik terlepas dari latar belakang dan status sosialnya. Mungkin bagi orang lain wanita itu bukanlah siapa-siapa, mungkin wanita itu rendah di mata orang lain, tapi ingat, di mata orang tuanya wanita itu adalah kebanggaan bagi mereka dan bagi keluarganya.

Mengajarkan anak untuk memiliki banyak pasangan selagi muda dengan harapan kelak ketika sudah menikah anaknya hanya akan setia pada satu wanita saja bagiku itu adalah hal yang keliru. Apakah ada jaminan jika di masa muda anak sudah puas merasakan menjalani hubungan dengan berbagai jenis wanita, maka ketika sudah menikah dia hanya akan setia pada satu pasangan saja? Mungkin memang ada yang berhasil dari konsep tersebut, tapi bagiku dan berdasarkan apa yang aku lihat kenyataannya tidaklah semudah itu. Inilah yang sering aku bahas dalam tulisan-tulisanku sebelumnya, kebiasaan yang baik akan membentuk kita menjadi pribadi yang baik, pun sebaliknya. Bukankah tidak menutup kemungkinan bahwa kebiasaan seorang anak yang ketika muda sudah terbiasa menjalin hubungan dengan banyak wanita akan terbawa sampai kehidupan setelah pernikahan?

Nah, inilah yang kemudian membuatku sedikit tergelitik ketika aku menyandingkan konsep ini dengan konsep yang dikemukakan ibuku di tulisan sebelumnya . Dua orang wanita yang menyandang status sebagai ibu memiliki pandangan dan ajaran yang sangat kontradiktif mengenai cara memperlakukan wanita. Ketika ibuku mengedepankan untuk tidak melukai wanita dan menghargai wanita dengan menggunakan dirinya sebagai perumpamaan, maka di belahan dunia lain aku menemukan konsep yang justru menjadikan wanita sebagai objek yang bisa dipilih dan diseleksi dengan cara yang sangat tidak bijak, tanpa sama sekali memperhatikan urusan hati, perasaan dan harga diri mereka. Ketika ibuku menekankan untuk menjaga kesetiaan sejak dini agar menjadi kebiasaan, justru di sisi lain ada seorang ibu yang justru mengajarkan anaknya untuk menjalin banyak hubungan di masa mudanya.

Sekali lagi, aku tidak mengatakan bahwa konsep yang kontradiktif ini adalah salah, aku hanya memandang semua ini dari sisiku dan dari cara pandangku. Aku hanya percaya bahwa setiap orang tua memiliki cara dan alasan masing-masing tentang apa yang harus diajarkan kepada anaknya terlepas dari tema ini atau tidak. Yang aku tahu, aku yang menulis saat ini, adalah hasil didikan dari ayah dan ibuku, semua konsep yang tertanam dalam benak ini semua berakar dari pelajaran hidup yang aku dapat dari mereka. Seiring berjalannya waktu konsep itu berkembang karena banyaknya pengalaman yang aku lalui dan itulah yang membuatku berada di sini, hari ini dan dalam blog ini.


Ibumu adalah Guru Terbaikmu (Part 1)



Beberapa waktu yang lalu, ada satu pelajaran penting lagi yang secara tidak langsung aku pelajari dari sosok ibuku. Pelajaran yang hanya bisa didapat melalui pengalaman dengan menghabiskan waktu bersama beliau.

Sore itu aku dan mama baru saja pulang dari Mayestik dan sesampainya di rumah, kami menemukan adik lelakiku yang baru pulang dan kebetulan ia membawa seorang teman wanitanya ke rumah__the rare thing he ever did. Yang kami tahu bahwa wanita itu bukanlah kekasihnya karena kami tahu betul siapa wanita yang selama beberapa tahun belakangan ini bersamanya karena ia sering mengajaknya datang ke rumah kami. 

Singkat cerita beberapa waktu kemudian mama masuk ke kamarku menanyakan padaku siapakah wanita yang datang itu? beliau menduga bahwa itu adalah wanita lain yang kini sedang dekat dengan adik lelakiku. Beliau mengatakan kekhawatirannya padaku dan beliau tidak ingin sampai kekasih adikku mengetahui hal itu__yang aku tangkap adalah bahwa beliau mengkhawatirkan perasaan wanita itu jika benar ada apa-apa di antara mereka (oh my God, this is too sweet and damn I'm a bit jealous! haha kidding!)

Aku yang sebetulnya tidak tahu apa-apa hanya berusaha menenangkan beliau dan mengatakan bahwa mungkin itu hanya teman kantornya yang kebetulan sedang ada urusan dengannya, dan aku mengatakan pada mama untuk tidak berasumsi terlalu jauh sebelum ada konfirmasi yang jelas. Keesokan harinya mama kemudian langsung menanyakan pada adikku mengenai wanita itu, dan adikku mengatakan bahwa wanita itu hanya rekan kantor yang kebetulan sedang mengurus client yang sama.

Mendengar penjelasan itu, mama kemudian mengatakan "Menjadi laki-laki itu harus bisa menjaga perasaan wanita, jangan pernah singgah di hati banyak wanita dan bermain-main dengan hati wanita. Ingat mamamu ini wanita nak, jika kamu menyakiti hati wanita lain coba bayangkan jika perasaan mama yang disakiti oleh orang lain" aku tercengang mendengar kata-kata itu, terpaku dan terenyuh. Beliau melanjutkan "setia adalah hal nomor satu, jika sedari pacaran sudah terbiasa 'bermain' dengan banyak wanita, maka tidak menutup kemungkinan kebiasaan itu akan terbawa ketika sudah menikah."

Do you know how's my feeling??
Aku benar-benar kehabisan kata-kata, aku hanya ingin berteriak dan mengatakan "Mom,I'm proud to be born as your daughter." Ada beberapa hal penting yang bisa aku pelajari dari semua perkataan mama pagi itu, perkataan yang tidak semua ibu bisa sampaikan dengan bijaknya kepada anak lelakinya. Dan semua yang aku dengar dari mama benar-benar berbanding terbalik dengan perkataan dari seorang ibu lainnya terhadap anak lelakinya mengenai bagaimana cara memperlakukan seorang wanita, dan itu membuatku ingin tertawa.

Pertama, ketika mama mengatakan untuk tidak bermain-main dengan hati wanita, yang aku tangkap adalah bahwa seorang laki-laki tidak boleh hanya bermain dan bersenang-senang dengan hati wanita lalu dengan sesuka hatinya menghempaskan dan meninggalkan begitu saja. Gentleman means have a gentle heart to not hurt others hearts. Mama menggunakan perumpamaan dengan menggunakan dirinya sebagai wanita yang memiliki perasaan yang sama dengan wanita-wanita lain di luar sana. Dengan cara itu beliau berharap agar anaknya bisa lebih bijak dalam berurusan dengan yang namanya women's heart.

Yang kedua pendapatnya mengenai konsep kesetiaan. Poin yang disampaikan benar-benar persis sama dengan konsep yang aku pikirkan dan aku jalankan selama ini. Padangan beliau mengenai kebiasaan baik yang harus dipupuk sedari kita muda sedikit banyak akan membentuk diri kita di masa depan. Konsep ini sama persis dengan apa yang pernah aku tulis sebelumnya di tulisan ini.

Hal lain yang aku tangkap adalah bertapa mama memperhatikan perasaan anak perempuan orang lain (dalam hal ini kekasih adikku) dengan begitu dalam, anak perempuan itu memang bukan anaknya, let say belum menjadi anaknya, namun aku bisa menangkap rasa sayang di matanya dari cara beliau berbicara. Beliau menunjukkan penghargaan dan menyadari bahwa setiap anak perempuan adalah salah satu kebanggan bagi kedua orang tua mereka tanpa terkecuali, dan Ia sebagai orang luar sama sekali tidak berhak untuk menilai dan memperlakukan mereka dengan tidak baik.

Mama mengajarkan konsep setia dalam arti yang luas dan dibangun sedari dini. Jika kita mengambil konteks setia dalam menjalin hubungan misalnya, setia berarti kita tahu kepada siapa hati ini diberikan, dan tidak ada hubungan lain di atas hubungan yang sedang dijalani. Cukup percaya bahwa kebiasaan yang kita lakukan saat ini akan membentuk diri kita di masa medatang. Oleh karena itu, jika sedari dini kita dibentuk dan tumbuh dalam kesetiaan maka insyallah kelak ketika kita dewasa kebiasaan itulah yang yang akan membentuk hidup kita menjadi lebih baik lagi.

Itu adalah hal luar biasa yang aku pelajari dari sosok ibuku, dan aku punya cerita pembanding dengan kisah seorang ibu yang memiliki pendapat yang jauh berbeda dengan apa yang aku ceritakan hari ini. 

to be continue di Part 2........................


Be the Best Version of Ourselves

By hanaumiya - 5 December 2016


Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini
Kitapun tidak perlu berpura-pura untuk menjadi sempurna
Menjadi baik adalah pilihan dan menjadi buruk adalah pilihan lainnya
Dan yang tebaik adalah menjadi yang terbaik dari diri masing-masing.

Seseorang menjadi baik pasti ada prosesnya, pun ketika seseorang menjadi tidak baik. Proses yang dimaksud di sini adalah mengenai bagaimana mereka menghadapi dan menyikapi berbagai macam hal yang muncul seiring perjalanan hidup mereka. Ada orang baik yang seiring diterpanya cobaan justru malah menjauh dari ajaran Tuhan dan menjadi jauh dari kata baik. Begitupun sebaliknya, ada orang yang awalnya tidak baik namun seiring datangnya cobaan dari Sang Khalik membuatnya berfikir dan semakin mendekat kepada kebaikan. Inilah yang kemudian saya artikan sebagai hasil akhir dari setiap ujian Allah.

Menjadi baik atau tidak adalah pilihan dan tugas masing-masing individu. Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa dirinya menjadi baik karena orang lain, itu bukan berarti orang tersebut yang membuatnya berubah, itu adalah murni pilihannya sendiri untuk menjadi manusia yang lebih baik, dan orang yang dimaksud itu hanyalah perantara Tuhan untuk menghadirkan hidayah dalam hidupnya. Mengenai dia akan berubah atau tidak, itu bukan lagi menyangkut orang lain, melainkan mengenai dirinya sendiri dan tanggung jawabnya terhadap Tuhan.

Anak-anak akan menjadi baik jika mereka mendapat contoh yang baik dari orang tuanya. Namun ketika mereka tumbuh dewasa, mereka akan dihadapkan pada berbagai macam hal yang menuntut sikap dan cara mereka masing-masing dalam menghadapi hal tersebut. Jika sejak kecil mereka dibentuk dan dibesarkan dalam koridor agama yang baik, maka seharusnya itu bisa menjadi fondasi yang pada akhirnya bisa menjadi pegangan mereka dalam bersikap dan menghadapi berbagai masalah tersebut.

Tidak ada satupun manusia sempurna di dunia ini, setiap manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangnnya masing-masing dan itulah yang membuat setiap orang menarik. Tuhan begitu adil memberikan setiap kekurangan dan kelebihan pada setiap makhluknya tanpa terkecuali. Berangkat dari ketidaksempuraan ini, maka tidak perlulah kita berpura-pura menjadi sempurna karena setiap manusia TIDAK akan pernah mencapai titik sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semesta alam. It's better for us to change the focus, mengubah fokus dari keinginan menjadi sempurna menjadi keinginan untuk menjadi yang terbaik dari diri kita masing-masing.

Setiap manusia adalah istimewa, hanya terkadang kita tidak menyadari bagaimana memaksimalkan keistimewaan yang diberikan olehNya. Sayapun masih belajar, belajar untuk menghargai setiap hal yang saya miliki dalam hidup ini. Mungkin selama ini ini saya terlalu sibuk memikirkan kenapa saya tidak begini, kenapa saya tidak bisa itu, kenapa saya tidak bisa memiliki itu dan berbagai pertanyaan akan hal yang jika saya miliki mungkin saya akan menjadi orang paling sempurna di dunia ini. Di tengah kesibukan akan pemikiran itu, saya tersadar bahwa untuk apa mengejar kesempurnaan yang tiada ujungnya itu? untuk apa berusaha menjadi sempurna hanya untuk mendapatkan pengakuan atau sekedar pujian?

Tidak. Semua konsep itu salah, yang harus diusahakan bukanlah kesempurnaan, karena kesempurnaan tidak akan pernah ada. Justru yang harus dikejar adalah 'diri kita sendiri dalam versi yang lebih baik setiap harinya'. Kemudian saya tersadar bahwa kini saya sedang berlomba dengan waktu, berlomba dengan jatah usia yang telah Tuhan gariskan untuk saya.

Be the best version of ourselves bisa dimulai dari hal terkecil sekalipun setiap harinya. Bagi saya misalnya, dahulu saya hobby sekali mengeluh untuk apapun yang tidak sesuai keinginan saya, hingga ketika kuliah saya sempat dikenal dengan sebutan 'Miss Aduh' karena saking seringnya saya menyebutkan kata 'aduh' sebagai kata keluhan, aduuh panas, aduuh lama banget, aduuh gak enak dan lain sebagainya. Kalau ingat masa itu saya merasa malu karena selalu tidak pernah bersyukur, Hingga akhirnya saya menyadari bahwa keluhan saya pun tidak akan mengubah apapun, justru malah menambah beban. Dari situ saya bertekad untuk mengubah semua keluhan itu dengan 'diam', saya memilih untuk diam daripada mengeluh, itu adalah salah satu contoh kecil yang menurut saya bisa diberi title "the best version of myself" dan masih banyak hal lainnya yang bisa dilakukan. Menulis blog ini juga adalah salah satu versi terbaik dari hidup saya saat ini, hehe

Kumpulan dari versi terbaik dari diri saya inilah yang pada akhirnya membuat saya merasa sempurna, yakni sempurna dalam artian saya merasa puas karena bisa mengubah hal-hal negatif menjadi positif, puas karena saya bisa belajar untuk terus berusaha menjadikan diri ini lebih baik sekecil apapun perubahan itu. Karena saya percaya bahwa waktu tidak akan bisa diulang, jika ingin mengubah diri menjadi lebih baik maka lakukaanlah saat ini juga, mulai dari hal terkecil dan mulai dari orang-orang dan lingkungan terdekat kita.

Jangan pernah menunda apapun selama itu untuk menuju kebaikan dan ke arah yang lebih baik, ketika kita masih punya waktu, just do it! Kita tidak akan pernah tahu apakah 'nanti' kita masih punya waktu untuk menjadi yang terbaik atau tidak.

Demi Masa, sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan yang beriman dan yang beramal shaleh
Demi Masa, sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan nasehat kepada kebenaran dan kesabaran
Ingat lima perkara sebelum lima perkara
Sehat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati - (Demi Masa by Raihan) base on QS.Al-Asr :1-3


Odontectomy Experience

By hanaumiya - 4 December 2016

Beberapa waktu yang lalu saya melakukan Odontektomi atau yang biasa dikenal dengan Operasi Gigi Geraham Bungsu di Mayapada Hospital Lebak Bulus. Sebenarnya kehadiran si gigi bungsu kanan bawah ini sudah saya rasakan sejak lama, namun karena belum terlalu menganggu jadi saya lebih memilih untuk mengacuhkan hingga akhirnya dua bulan terakhir ini saya merasakan sedikit cenat-cenut di bagian tersebut. Nah akhirnya sekitar sebulan yang lalu ketika saya melakukan perawatan gigi di sana, drg. Tia menyarankan saya untuk segera melakukan odontektomi karena gigi bungsu kanan bawah ini sudah cukup besar dan tumbuh di luar gusi. Khawatir ketika nyeri muncul lagi akan sangat menggangu saya nantinya, maka saya meminta rujukan untuk melakukan panoramic.

Panoramic 
Hari itu saya langsung melakukan panoramic di ruang radiologi__tempat yang sudah sangat familiar bagi saya selama dua tahun terakhir ini. Tidak seperti treatment yang pernah saya lakukan di sini sebelumnya, untuk panoramic prosesnya sangat cepat, dan saya tidak perlu menunggu lama untuk dipanggil masuk ke ruang tersebut. Setelah hasilnya keluar sayapun langsung membuat appointment dengan dokter Specialist Bedah Mulut di poli gigi dan saya punya waktu 2 minggu untuk mempersiapkan diri sebelum hari H yang menegangkan itu, haha... lebay memang, tapi jujur saya memang takut karena saya belum pernah berurusan sama yang namanya operasi-operasi sekecil apapun itu, apalagi sama obat bius, meskipun nantinya hanya akan bius lokal tapi tetap saja saya perlu menyiapkan diri.

Tibalah di hari yang saya tunggu. Hari Jumat siang, saya meluncur ke RS sesuai jadwal appointment saya sebelumnya. Setelah melakukan registrasi dan menyerahkan hasil panoramic di poli gigi saya kemudian menunggu giliran dipanggil. Dan dokter pilihan saya kali ini adalah drg. Arfan Badeges, Sp.BM. di Mayapada Hospital ini.

Setelah menunggu 30 menit, saya dipanggil untuk masuk ke ruangan dokter Arfan, he's greeting me with assalamualaikum and we shake hands. Saya kemudian menyampaikan keluhan saya mengenai gigi bungsu saya, sambil melihat hasil panoramic beliau mengatakan bahwa ada 2 gigi bungsu yang harus diangkat, namun letaknya diagonal, 1 gigi di kanan bawah dan 1 gigi di kiri atas. Sehingga harus diangkat satu per satu dalam dua kali operasi, dan untuk kali ini beliau akan mengangkat gigi bungsu kanan bawah saya terlebih dahulu.

Pertama-tama gigi saya diperiksa dan beliau meminta saya untuk rileks dan tidak tegang selama prosesnya, mungkin beliau sadar bahwa wajah saya sangat tegang saat itu. Dokter Arfan kemudian menyampaikan tahapan yang akan dilakukan dalam odontektomi kali ini. Kemudian beliaupun memulai aksinya, hal pertama yang dilakukan adalah penyemprotan semacam spray untuk mengurangi rasa sakit ketika penyuntikan gusi, kemudian penyuntikan serta pemasukan obat bius di area yang akan dilakukan pengangkatan gigi. 

Spraynya terasa sangat pahit dan tidak boleh ditelan, ketika disuntik saya tidak begitu merasakan sakitnya namun ketika obat bius mulai masuk lewat suntikan tersebut terasa cukup ngilu di gusi. Setelah menunggu beberapa menit obat bius bereaksi, dokter Arfan kemudian menyuntikkan jarum di beberapa bagian dan meminta saya merespon apakah masih terasa ataukah sudah baal, dan ketika saya rasakan sudah baal semua, beliaupun melanjutkan aksinya di dalam mulut saya. Entah apa yang dilakukan, saya hanya sempat melihat beberapa jenis alat yang beliau gunakan untuk membongkar gigi saya, dan what I like about him is dia selalu berkomunikasi dengan pasiennya dengan cara yang sangat menyenangkan dan bisa membuat saya rileks selama proses odontektomi tersebut, and honestly itu sangat membantu bagi saya yang nervous-an.

Gigi graham utuh diangkat
Setelah perjuangan yang keras mendorong-dorong dan mengobok-obok gusi saya, akhirnya sang gigi bungsu berhasil diangkat dengan utuh, haha fiuhhh... proses selanjutnya adalah penjahitan gusi yang robek oleh dokter, setelah selesai dijahit saya diberi painkiller dan kemudian diminta untuk menggigit kain kassa gulung untuk mengurangi pendarahan. Nahh sampai semuanya selesai saya masih belum merasakan sakit, karena pegaruh obat bius dan masih belum ada pembengkakan pada pipi saya seperti yang saya takutkan, karena menurut dokter pembengkakan baru akan terasa keesokan pagi. 

Setelah semua selesai, dokter Arfan kemudian menjelaskan beberapa hal yang harus dan tidak boleh saya lakukan setelah ini dan hingga 3-5 hari kedepan. Minggu depan saya harus kembali control untuk pelepasan benang jahitan dengan beliau. Banyak hal yang saya tanyakan termasuk untuk pengangkatan satu gigi lainnya, dan satu hal yang membuat saya senang adalah ketika beliau mengatakan bahwa "kamu beruntung lho ini cuma ada 2, dan sejauh ini saya lihat tidak ada bibit gigi bungsu lainnya di sini" (sambil menunjuk panoramic saya). It means saya hanya perlu melakukan satu kali lagi odontektomi untuk terlepas sepenuhnya dari urusan pergigi-bungsuan ini, hehe Alhamdulillahh :) :) 

Setelah diberikan resep dan wejangan saya kemudian pamit keluar untuk membuat appointment selanjutnya. 

Notes:
Ternyata proses odontektomi ini tidak semenakutkan dan sesakit yang saya bayangkan sebelumnya. Semua praduga dan hasil googling saya mengenai odontektomi boleh saya bilang cukup lebay karena bagi saya masih ada treatment yang lebih menyakitkan dari ini. Pelajaran yang bisa di ambil adalah semakin banyak kita mendengar pengalaman orang dan semakin banyak kita googling justru akan membuat kita semakin berimajinasi yang tidak terarah, jadi kurangi ketakutan dan "jalani saja", hehehehe

Saya akan kasih dua jempol untuk dokter Arfan yang sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik and I know he will. Dan dua jempol lagi untuk keramahan dan cara komunikasi beliau dalam menangani pasiennya. Saya suka cara beliau yang begitu santai dan friendly, sehingga membuat saya sebagai pasien merasa nyaman untuk menyampaikan keluhan serta pertanyaan-pertanyaan lainnya. Saya pernah membaca artikel tentang dokter Arfan yang tidak suka menggunakan jas putih (snelly) dalam keseharian praktiknya, ini karena beliau merasa bahwa kepintaran seseorang itu tidak dilihat dari jas putih melainkan dari otak, memakai jas  putih justru membuat gap antara dokter dan pasien semakin jauh. Today he succeed to make a slight gap between doctor and patient (for me :)).