Health Issue
Travel
Thoughts
Review

The Story - Unfulfilled Promise

By hanaumiya - 11 June 2017



Arimbi 

“Reno, lo datang lagi di mimpi gue, kangen banget gue” Arimbi mendesah kecil ketika terbangun dari tidurnya hari Minggu itu. Reno sahabatnya selama hampir 20 tahun masih mengunjunginya meskipun hanya dalam mimpi. Dia dan Arimbi sudah bersama sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar, tapi 3 tahun yang lalu Reno meninggal karena gagal ginjal dan itu membuat Arimbi begitu terpukul.

Arimbi bangun lalu sarapan dan kembali ke kamar dan langsung berberes kamar“udah lama banget ngga beres-beres, hajarlah” katanya dalam hati. Tidak butuh waktu lama kamarnya kemudian bak kapal pecah, semua barang keluar dari lemari dan laci untuk dirapikan kemudian. Seketika Arimbi terdiam ketika membuka sebuah album kecil kumpulan foto-foto lama miliknya, foto bersama teman-teman SD hingga teman kuliahnya.

Arimbi membuka lembar demi lembar album itu, terkadang tersenyum sendiri sambil menunjuk orang-orang dalam foto tersebut. Hingga ia terpaku pada salah satu halaman album tersebut, Arimbi terdiam, lama, hingga akhirnya bulir air mata jatuh dari matanya yang sipit. Di halaman album itu ada fotonya bersama Reno dan juga Rhaga. “Ren, kenapa secepat itu lo pergi? Kenapa lo ninggalin gue?” katanya lirih.

Lumayan lama Arimbi terpekur memandang foto-foto itu, memandang wajah Reno yang begitu gempal dan sehat, melihat dirinya yang tertawa bahagia dirangkul oleh kedua sahabat tersayangnya. Arimbi memejamkan mata berusaha memainkan ulang semua rekaman kebersamaan mereka sekian tahun yang lalu. Hanya ada dia, Reno dan Rhaga.

“Duh, kenapa bisa pas banget sih, baru semalem mimpiin dia, eh ini malah tiba-tiba ngeliat foto begini” Arimbi merajuk kesal. Bukan karena dia tidak ingin mengenang Reno sebagai sahabatnya, tapi karena masih ada yang mengganggu ketika ia mengingat tentang Reno. Yes right, semua yang berhubungan dengan Reno akan otomatis berhubungan dengan Rhaga dan itu yang membuat Arimbi tidak nyaman untuk mengenang Reno pada saat ini.

Setelah selesai beres-beres kamar, Arimbi langsung duduk di depan laptop untuk menuliskan kegundahannya. Arimbi adalah tipe anak yang harus curhat di diary setiap kali ada hal yang mengganggu hatinya. Dari zaman SD sampai kuliah, sudah puluhan buku diary ditulis olehnya hingga akhirnya dia mengenal dunia blogging dan berhenti menulis di diary dan menggantinya dengan blog atau just put on her own laptop.

Sebuah foto yang menjadi pembuka curahan hatinya yang begitu dalam.

“Mbi, Ga, kalian kapan mau married? Jangan lama-lama dong, gue mau ngeliat kalian menikah dan punya anak, gue pingin banget ngeliat dua sahabat gue bersanding di pelaminan selagi gue masih hidup.” Kata Reno di hari itu ketika Arimbi dan Rhaga menjenguknya di rumah sakit. Kondisi Reno saat itu sangat menurun, tapi tidak separah sebelumnya. Arimbi terdiam memegang tangan Reno tanpa berkata-kata. “Insyaallah taun depan Ren, makanya lo harus sehat biar bisa jadi ketua panitia pernikahan kita nanti" kata Rhaga berusaha menyemangati sahabatnya itu.

Itulah hari terakhir Arimbi bertemu Reno, dan itu jugalah permintaan terakhir dari Reno yang ternyata tidak bisa ditepati olehnya, juga oleh Rhaga.

Arimbi menangis setiap kali teringat kejadian itu, baginya tangis itu bukan lagi soal dia dan Rhaga, tapi lebih karena Reno. “Maafin gue Ren, maaf gue ngga bisa mewujudkan keinginan lo, maaf gue harus memilih jalan ini” air mata Arimbi jatuh di atas keypad laptopnya dan dia menangis
.
Jika ada yang mengatakan bahwa persahabatan antara wanita dan laki-laki tidak ada yang berhasil selain akan mengarah ke hubungan romansa, maka itu benar terjadi pada Arimbi. Arimbi dan Rhaga memutuskan untuk menjalani hubungan yang lebih dari sekedar sahabat setelah 15 tahun kebersamaan mereka. Hingga akhirnya Tuhan memaksa mereka untuk menjalani takdir yang berbeda 2 tahun yang lalu.

Setelah kejadian itu, hampir setiap hari Arimbi memimpikan Reno, dalam berbagai frame, berbagai kondisi, dan berbagai percakapan yang menunjukkan ketidaksukaan dan kesedihan Reno atas keputusan yang diambil olehnya.

“Mbi, kita ketemuan di depan FX ya, gue parkir di pintu IX GBK buat CFD-an” kata Reno di telefon

“Siap Ren, nanti gue langsung ke FX” jawab Arimbi

Reno dan Arimbi kemudian lari di sepanjang jalan Sudirman sambil sesekali mengobrol

“Mbi, si Rhaga mana? Kok ngga keliatan?” Reno menatap Arimbi bingung

“hahaha gue kan udah ngga sama Rhaga Ren, ngga usah nanya-nanyain dia lagi lah” Arimbi menjawab ringan sambil tertawa sambil lalu

Kemudian Reno menatap Arimbi dengan tatapan marah, dia maju ke depan Arimbi dan berlari mundur sambil menatap Arimbi dengan muka marahnya dan dia menghilang.

Itu hanya salah satu dari sekian banyak frame mimpi Arimbi tentang Reno ketika ia dan Rhaga memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Semua mimpi itu pada awalnya membuat Arimbi hampir mundur, tapi pada akhirnya Arimbi memilih untuk terus maju dengan tekadnya yang sudah bulat. “Bismillah, Insyaallah ini yang terbaik yang Allah pilihin buat gue” Arimbi berulang kali mengulang kalimat itu untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Arimbi tetaplah Arimbi, dibalik pikirannya yang logis dan keras, hatinya tetap lembut dan tidak bisa begitu saja melupakan apa yang dilihatnya di mimpi. Berkali-kali ia berdoa dan berbicara dalam hati “Ren, kalau lo mau liat gue bahagia lo harus dukung gue, sudah cukup lo datang ke mimpi gue untuk hal ini, karena bagi gue keputusan ini adalah yang terbaik."

Kita akan ikut bahagia jika orang-orang yang kita sayang bahagia. Bagi Arimbi, jika ingin membahagiakan orang-orang yang kita sayang, maka cara terbaiknya adalah dengan membuat diri kita bahagia terlebih dahulu. Dan itulah yang diyakini olehnya. Arimbi percaya bahwa apapun keputusan yang diambilnya, seberapa beratpun hal itu, jika pada akhirnya bisa membuatnya bahagia maka orang-orang yang menyayanginyapun pasti akan ikut bahagia dan mendukungnya.


Quotes :
“Bersyukurlah atas keberadaan orang-orang baik di sekitar kita, ketika salah satu dari mereka pergi, maka hilang satu kenikmatan dari Allah, karena sebaik-baiknya berkah adalah ketika kita berada di tengah-tengah orang baik."