Health Issue
Travel
Thoughts
Review

Your Happiness is Within You

By hanaumiya - 30 September 2018


Di pagi yang cerah, lantunan ayat suci Al-Quran menggema indah di salah satu ruang hotel di bilangan Jakarta Selatan.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (QS.30 : 21)

Semua lantunan ayat dan tilawah tersebut menambah suasana sakral di acara akad nikah Theo dan Bianca, kedua sahabat Arimbi sejak di bangku kuliah. Tidak lama setelah itu prosesi akad nikah pun dimulai dengan pembacaan Syahadat bagi Bianca untuk kemudian meminta izin kepada orang tuanya untuk dinikahkan dengan lelaki yang dipilihnya. Momen seperti ini dalam acara akad nikah selalu berhasil membuat Arimbi terenyuh. Bukan hanya karena dalamnya kata-kata yang disampaikan oleh sang pengantin perempuan, namun juga tentang bagaimana seorang ayah akhirnya melepas sang putri untuk menjadi tanggung jawab orang lain yakni suaminya.

"Ga, ritual minta izin ini harus ada ya di setiap akad nikah? Boleh ngga kalau nanti pas nikah aku ngga usah minta izin seperti ini?" ujar Arimbi pada Rhaga ketika mereka menghadiri pernikahan seorang teman.
"Ngga bisa dong Mbi, Pak Penghulu pasti akan selalu meminta pengantin perempuan minta izin ke walinya" jawab Rhaga
Arimbi tidak bergeming, hatinya bergejolak membayangkan momen ini di pernikahannya kelak tanpa keberadaan sang ayah dan air matapun jatuh dari pelupuk mata Arimbi.
Rhaga tidak mengeluarkan sepatah katapun, Ia hanya menggenggam erat tangan Arimbi untuk menguatkan dan menenangkan Arimbi dengan caranya, Ia sadar bahwa wanita di sampingnya sedang tidak nyaman, dan kata-kata bukanlah yang kini dibutuhkan olehnya.

Itulah sekilas percakapan ketika pertama kali Arimbi menghadiri akad nikah bersama lelaki itu, dan momen minta izin pada akad nikah selalu menjadi momok tersendiri baginya.

Setelah kata 'SAH' terucap dari mulut sang penghulu, semua orang mengucap syukur dan ada rasa bahagia yang begitu besar membuncah dalam hati Arimbi. Betapa Ia merasa lega karena kedua sahabatnya kini sudah sah menjadi sepasang suami istri, Ia menjadi saksi pertemuan mereka, menjadi saksi perjalanan hubungan mereka dan kini Ia juga berkesempatan menyaksikan dan menjadi bagian dari hari bahagia mereka. Sebuah rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata namun jelas Arimbi menyadari bahwa ia sangat bahagia.

Sambil menikmati ritual adat Jawa yang dijalani oleh Theo dan Bianca, Arimbi berkelana dalam pikirannya, berusaha menyelami yang ia rasakan, tersadar bahwa begitu banyak hal kecil atau besar sekalipun yang bisa membuatnya bahagia. Menjadi saksi dari kebahagiaan orang-orang terdekatnya adalah salah satu sumber kebahagiaan yang dirasa olehnya. Arimbi menyadari bahwa bahagia itu tidak melulu harus karena Ia yang menjadi objek penerima kebahagiaan, melalui hal ini misalnya, Ia bisa merasakan kebahagiaan yang sedang dirasakan oleh kedua sahabatnya, dan baginya itu sangat berarti.

Sama seperti menjadi volunter pengajar misalnya, pernah sahabatnya mempertanyakan tentang hobi unik Arimbi
"Mbi, emang kamu ngga cape ya ngajar-ngajar gitu?"
"Mendingan kamu hangout atau tidur sekalian Mbi daripada ngajar begitu"
"Kamu kan ngga dibayar, emang ngga rugi ya ngajar gratis gitu?"
 "Transport kamupun bayar sendiri, kamu ngga sayang yah?"

Itulah beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan teman-teman Arimbi kepadanya. Mengajar adalah salah satu kesenangan bagi Arimbi, diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi pengajar di YPAB misalnya, itu adalah salah satu kesempatan besar yang akhirnya mengubah pola pikir dan membuka mata Arimbi dalam memandang hidup.

Dibilang lelah ya pasti lelah, karena Arimbi harus menyiapkan materi sebelum mengajar, menempuh perjalanan ke tempat mengajar dan sebagainya, tapi lelah itu langsung menguap begitu saja ketika bertemu anak-anak dan melihat antusias dan semangat mereka dalam belajar. Melihat mereka dengan segala keterbatasan yang ada terus berusaha mengejar mimpi untuk memperbaiki taraf hidupnya dan inilah yang kemudian membuat Arimbi semakin jatuh cinta pada dunia volunteer. 

Dari sini Arimbi belajar bahwa bahagia itu sangat luas, kalau dulu Ia menjadikan orang lain sebagai poros kebahagiaannya, kalau dulu Ia bahagia asalkan orang yang dicintainya bahagia meskipun Ia sendiri terluka, dan kalau dahulu bahagia baginya adalah dengan mendapatkan segala yang diinginkan. Namun kini pemahaman itu berubah, bagi Arimbi bahagia adalah menjadikan dirinya sendiri sumber kebahagiaan, ketika ia bisa menjadi bagian dari kebahagiaan orang lain serta ketika Ia bisa memberi manfaat bagi orang lain. Hal yang tidak bisa tergantikan dengan berapapun materi yang didapat. Hal berharga inilah yang baru ditemukannya sejak Ia menekuni profesi sebagai volunteer tutor.


Your happiness in your own responsibility and choice, never blame others for your unhappines.Your happiness is in you -hnu

Menggadaikan Akhirat Demi Dunia

By hanaumiya - 29 September 2018


Sebagai manusia, adanya masa naik dan turunnya level keimanan dalam diri itu rasanya hal yang wajar dan pasti dirasakan oleh setiap umat beragama manapun di dunia ini. Terlahir dari keluarga muslim dan menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim pada umumnya seperti sholat, mengaji, puasa serta bershodaqoh Namun apakah semua itu cukup untuk membuat seseorang masuk surga dengan mudahnya?

Pertanyaan yang jawabannya tidak mudah untuk dijawab. Ternyata, surga tidak semudah itu untuk dimasuki, jangankan hanya dengan melakukan kewajiban di atas, yang sudah melakukan ibadah ekstrapun belum tentu bisa masuk ke dalam 'sana' dengan segitu mudahnya. Tersadar dalam diri "wah, sombong banget gue selama ini, merasa semua ibadah yang gue lakuin itu udah cukup buat bikin gue masuk surga, kalau begitu surganya Allah murah banget dong" Astagfirullahaladziim..

Semakin dipikirikan, semakin tersadar bahwa ilmu agama saya toh ternyata sedangkal ini, okelah kalau dihitung pakai angka bisa dibilang sudah belajar agama islam sejak umur balita, tapi ya mbok kenapa setelah sekian puluh tahun ilmunya ya ngga tambah banyak juga, bahkan bisa dibilang stagnan. Kalah mungkin Kalau dibandingin sama keponkakan saya yang sekolah SDIT. Yaa Allah maluu banget..

Dulu tahunya kalau sholat lima waktu itu ya kewajiban kita sebagai muslim, lebih karena rasa takut kalau Allah akan marah kalau sampai saya ngga sholat. Tapi belakangan tersadar bahwa sholat yang dikerjakan ini sebetulnya ya buat diri kita sendiri, Allah sama sekali ngga butuh sama sholatnya kita, wong Allah Maha Besar, kita ngga sholatpun Allah sama sekali ngga rugi, justru kita yang sebetulnya merugi. Sadar ngga sih kalau momen sholat lima waktu itu sebetulnya adalah waktunya kita istirahat dari semua kegiatan dunia? Misal ditengah kerjaan yang lagi banyak-banyaknya, ada waktu Zuhur dan Ashar yang wajib dikerjakan, itu artinya Allah kasih kita kesempatan buat rehat sebentar, meninggalkan sejenak urusan dunia untuk beristirahat dalam sholat. Dan ternyata suara Adzan itu adalah lonceng istirahat yang Allah kasih ke kita untuk segera rehat dari urusan dunia dan menikmati me time bersama Sang Empunya Waktu.

Dulu kalau baca Quran misalnya karena mengejar target khatam dalam sekian waktu karena tuntutan tempat mengaji, atau menghafal Quran karena ada target hafalan dari sekolah. Tapi belakangan tersadar bahwa membaca Quran itu salah satu penenang hati, dan kalau lagi galau atau lagi bete terus baca satu-dua ayat aja rasanya sejuk banget. Nah untung dong yah, dibanding harus melampiaskan kemarahan kemana-mana, mending baca Quran, selain membuat hati tenang plus dapet pahala juga. 

Islam itu agama yang indah, ia tidak menyulitkan bahkan melindungi pemeluknya. Sesimple kenapa mengkonsumsi babi dan alkohol dilarang yang ternyata begitu banyak mudhorotnya bagi tubuh kita sendiri. Hal-hal kecil tentang islam yang mungkin kita merasa sudah tau sejak kecil, ternyata ilmunya begitu banyak dan ngga habis-habisnya buat dipelajari dan dicari tahu. Jangan hanya karena ingin ikut-ikutan hits di tengah teman-teman yang sedang party dan mengkonsumsi alkohol misalnya, lalu kamu jadi ikut-ikutan mencicipi dengan asas "kan cuma nyoba sedikit", atau kamu ingin dipandang menganut ajaran islam yang terbuka agar bisa diterima di lingkungan pergaulan yang berbeda lalu ikut-ikutan mencicipi makanan yang memang diharamkan. Naudzubillah.. Jangan tergoda dengan buaian dunia dears, jangan pernah menggadaikan akhiratmu untuk urusan dunia yang ngga ada secuil-cuilnya sama surganya Allah kelak, kita harus belajar dan percaya bahwa semua kesenangan dunia ini hanya sekedar perhiasan belaka dan hanya sementara. 

Tidak ada maksud menggurui siapapun dalam tulisan ini, justru ini reminder ke diri sendiri bahwa sebagai manusia yang diberi kelebihan akal dibanding makhluk lainnya, sebagai manusia yang diberi akses untuk belajar, sudah sepantasnya kita memanfaatkan semua sumber daya itu. Kalau konsep pahala dan dosa sudah dipahami, kalau konsep dunia dan akhirat sudah diyakini, maka seharusnya kini kita harus pandai-pandai dalam mempersiapkan diri untuk hidup dengan enak dan juga untuk mati dengan enak. Karena sesungguhnya di sanalah kita akan kekal. Jangan sampai di dunia (yang kita yakini hanya sementara ini) kita pontang-panting berusaha untuk mencari kehidupan yang enak dan nyaman, tapi kita lupa untuk juga pontang-panting menyiapkan bekal untuk kenyamanan kehidupan kita di akhirat kelak. 



"Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?" (HR. Muslim no.2868)

Wallahu A'lam Bishawab...

Kunjungan Singkat ke "Terracotta Army and Horses Museum" di Kota Xi'an

Ancient Wall di Xi'an
Xi'an merupakan ibukota dari Provinsi Shaanxi yang juga merupakan salah satu kota tertua di Cina dan yang kaya akan sejarah. Salah satunya adalah karena Xi'an pernah menjadi pusat pemerintahan banyak dinasti-dinasti Cina pada masa itu.

Tak ketinggalan di Xi'an pula terdapat situs bersejarah terbesar dari negeri Cina peninggalan zaman dinasti Qin ratusan tahun yang lalu. Adalah Emperor Qin Shih Huang Terracotta Army and Horses yang menjadi salah satu tujuan wisata terkenal dan menjadi salah satu destinasi sejarah bagi para wisatawan tidak terkecuali kami.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 13 jam dari Beijing ke Xi'an dengan menggunakan kereta, pagi itu pukul 8 kami sudah menjejakkan kaki di Xi'an Railway Station dan bersiap memulai short trip kami di kota ini. Hal pertama yang kami lakukan sesampainya di Xi'an Railway Station adalah mencari tempat penitipan koper selama one day trip kami hari ini. Setelah bertanya di Tourist Information Center, kami diarahkan untuk menitipkan barang di salah satu toko yang memang menyediakan jasa titip koper dengan hanya membayar 10 yuan per koper dan tidak perlu khawatir karena koper kami aman sampai akhir perjalanan kami di Xi'an. 

Untuk mencapai Terracotta Museum, dari Xi'an Railway Station kami menuju sisi kanan stasiun atau ke arah Timur hingga menemukan area parkir dan naik bus nomor 306 dan turun di pemberhentian terakhir. Biaya bus ini hanya 7 yuan dan dibayarkan di dalam bus, persis seperti metromini di Jakarta karena di bus ini juga ada kernetnya. Setelah hampir satu jam perjalanan, akhirnya kami tiba di tempat tujuan.
Dari tempat parkir bus menuju loket pembelian tiket
View pegunungan di sekitar lokasi Terracota
Line antrian pembelian tiket masuk
Sesampainya di lahan parkir, kami bergegas mencari loket pembelian tiket yang menurut pandangan saya, tempat wisata ini sangat tertata apik. Line antrian pembelian tiket diatur dengan sangat rapi beserta papan penujuk jalan dua bahasa yang sangat memudahkan bagi para wisatawan. Dengan membayar 150 yuan dan menunjukkan passport, tiket masuk Terracotta pun sudah ada di genggaman kami.
Tiket masuk 150 yuan
Emperor Qin Shih Huang Terracotta Army and Horses (秦始皇兵马俑 Qínshǐhuáng bīngmǎyǒng)adalah sebuah komplek pemakaman yang terdiri dari pahatan tanah liat yang berbentuk pasukan dari Kaisar Qin Shin Huang. Adanya pahatan pasukan ini dimaksudkan untuk turut dimakamkan bersamaan dengan jasad Sang Kaisar agar kelak bisa melindungi Kaisar di alam setelah kematiannya.

Ditemukan pertama kali pada tahun 1974 oleh petani lokal di distrik Lintong, Xi'an, Provinsi Shaanxi. Sejak saat itu pemerintah Cina dengan serius mulai melakukan pemugaran terhadap penemuan terbesar dalam sejarah Cina, dan tidak butuh waktu lama yakni pada tahun 1979 resmi dibuka Museum Qin Shih Huang Terracotta Army and Horses yang kemudian dikukuhkan menjadi salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.

Dari pintu masuk menuju situs ataupun museum ini kami harus melewati jalan yang cukup panjang dengan berjalan kaki, namun jangan khawatir karena perjalanan menjadi sangat menyenangkan berkat suguhan pemandangan pegunungan, bukit serta taman-taman yang begitu indah. Sungguh mampu menghilangkan rasa lelah berjalan kaki. Tidak sedikit wisatawan yang menggunakan kesempatan untuk berfoto di beberapa spot indah ini bersama rekan-rekan mereka. Namun bagi wisatawan lansia atau berkebutuhan khusus, tempat wisata ini juga menyediakan jalur shortcut beserta dengan feeder pengangkutnya. 

Hingga akhirnya kami tiba di depan pelataran museum. Ada beberapa bangunan di hadapan kami, menempati 3 sisi yang berbeda. Dan kami memutuskan untuk masuk ke dalam satu bangunan tepat di sebelah kanan kami. Di sanalah sejarah tentang Terracotta Army and Horses ini diceritakan dengan begitu jelas, mulai dari penemuan pertama di tahun 1974 hingga saat ini yang masih dalam tahap pengembangan dan perluasan yang memang digarap dengan serius oleh pemerintah Cina sebagai salah satu peninggalan terbesar sepanjang sejarah kedinastian Cina.






Setelah puas berkeliling dan menikmati sejaran Terracotta Museum ini, kamipun masuk ke bangunan utama yang berisi ribuan pasukan perang dan kuda perang. Terdiri dari tiga bagian utama yang menjadi highlight dari museum ini. Pit 1 berisikan ribuan pasukan perang yang menempati sebelas koridor utama. Pit 2 berisi ribuan pasukan perang beserta pasukan kuda, sedangkan Pit 3 berisi perwira tinggi dan kereta perangnya.

Pertama kali menyaksikan dengan mata telanjang keberadaan situs sejarah ini benar-benar membuat mata tercegang. Betapa tidak, sekian lama hanya menyaksikan keajaiban sejarah itu dalam bentuk visual baik dalam foto ataupun video, kini semua itu tergambar nyata di depan mata. Setiap pasukan, pengawal, bahkan pelayan Kaisar dibuat dengan sangat detail hingga menyerupai aslinya. mulai dari tatanan rambut hingga pakaian yang dikenakan, semua diperhatikan dengan begitu detail dan membuat kami tidak bosan melihat barisan demi barisan pahatan tanah liat yang tersaji di depan mata.

Landscape Emperor Qin Shih Huang Terracotta Army and Horses








Setelah puas berjalan mengitari semua bagian museum ini, kami duduk-duduk sebentar di taman yang ada di sekitar museum, sambil menikmati camilan yang kami bawa ditemani semilir angin yang begitu sejuk. Tempat ini begitu indah, terasa betul betapa pemerintah membangun dan mengembangkan museum ini dengan seriusnya. Mulai dari bangunan utama museum, taman, toilet bahkan tempat-tempat duduk disekitarnya, mudah-mudahan Indonesia kelak bisa memiliki tempat wisata dengan standart seperti ini.

Setelah puas duduk-duduk, kami kemudian bergegas keluar dari area museum menuju tempat menunggu bus yang akan membawa kami kembali ke Xi'an Railway Station. Kontras dengan perjalanan menuju museum, perjalanan meninggalkan museum menuju parking area, kami disuguhkan dengan berbagai toko makanan khas Xi'an, souvenirs serta toko-toko yang menyediakan jasa foto studio dengan mengenakan kostum kerajaan zaman dinasti Cina dahulu. Sehingga perjalanan panjang menuju parking area tidak begitu terasa membosankan.

Kami kembali menaiki bus yang sama dengan keberangkatan kami tadi pagi, setelah memakan waktu satu jam, kami sampai di Xi'an Railway Station yang kemudian akan membawa kami ke Kota Shanghai, kota terakhir yang akan kami jelajahi pada China Trip kali ini.

One day Trip di Xi'an yang cukup berkesan, memang kami tidak sempat menjelajahi banyak tempat di Xi'an, dikarenakan keterbatasan waktu. Namun pesona Terracotta Army and Horses sudah mencetak sebuah memori tersendiri bagi saya, meninggalkan kesan yang dalam yang pada akhinya membuat saya semakin mengagumi sejarah dan budaya Cina yang begitu luar biasa indah dan megahnya.


Selamat Ulang Tahun Sahabat

By hanaumiya - 4 September 2018

Meski kini bukan jarak yang memisahkan
Meski kini bukan kata-kata yang kamu butuhkan
Namun satu yang tidak berubah
Yaitu aku masih di sini mengingat hari besarmu

Meski kini aku hanya bisa menemuimu dalam bentuk nisan
Meski kini raga ini tidak bisa menyapa dan memelukmu
Tapi satu yang masih  sama
Doaku selalu menyertaimu

Selamat ulang tahun sahabat terbaikku
Semoga kamu tenang dan bahagia di sana
Aku dan kami semua masih mencintaimu
Dan masih akan mengenangmu 

Rangkaian doa mungkin adalah kado terindah yang kau butuhkan
Tapi satu hadiah besar lain yang pernah ku janjikan
Yang kini mampu ku sampaikan
Ku bayar lunas di hari besarmu

Bahagia itu kini tak hanya sekedar janji
Bahagia itu terpampang jelas
Bahagia yang pernah kujanjikan
Kini ku suguhkan kontan

Terima kasih Sahabat
Kamu tidak di sini
Namun namamu masih terpatri
Dan jasamu selalu dikenang