Health Issue
Travel
Thoughts
Review

Busan, Annyeong! Things To Do in Busan

By hanaumiya - 7 August 2024

Busan Annyeong!

Pada awalnya, kunjungan ke Busan tidak ada dalam bucket list Autumn Trip kami kali ini, namun dikarenakan kami batal melakukan perjalanan ke Pulau Jeju, maka sebagai gantinya kami memutuskan untuk mengalihkan destinasi kami dan menghabiskan waktu selama 3 hari di Kota Busan. 

Busan, merupakan kota dengan populasi terbesar kedua di Korea setelah Seoul yang terletak di bagian Selatan Seoul. Vibes kota Busan cukup berbeda dengan Seoul dan Gyeongju, pun cuaca yang juga jauh lebih hangat dibandingkan kedua kota tersebut, tidak heran kalau Busan menjadi salah satu primadona di kalangan para wisatawan, termasuk kami. Yuk kita bahas beberapa highlight dari perjalanan kami selama 3 hari di Busan yang mungkin bisa jadi referensi bagi teman-teman yang kelak ingin mengunjungi kota Busan. Here we go!

  • How to get to Busan 
    Perjalanan dari Gyeongju menuju Busan kami tempuh selama 1 jam dengan menggunakan Express Bus, dengan harga tiket ~KRW 8,000 (eqv to IDR90k). Overall transportasi umum di Korea sangat tourist friendly, baik transportasi di dalam kota ataupun antar kota. Express Bus antar kota tersedia untuk berbagai rute ke berbagai kota di Korea, tiketnya pun bisa kita beli langsung di terminal baik on the spot ataupun early bird. Namun selama ini saya selalu membeli tiket early bird dengan terlebih dahulu membeli tiket di terminal untuk waktu yang sudah ditentukan. 

    Sesampainya di Busan Express Bus Terminal (부산종합버스터미널), kami transfer ke metro Nopo St ke arah Yeonsan St (Line no.1), lalu transfer di Yeonsan St ke Line 3 arah Suyeong St dan turun di Suyeong St. Dari sana kami naik taxi menuju Gwangalli Beach (fare ~KRW7k) - Busan metro maps: https://metroeasy.com/south-korea/busan-metro/.  


  • Area to stay in Busan
    Apartment kami terletak tepat di depan Gwangalli Beach, salah satu pantai wisata terkenal di Busan dengan view Gwangan Bridge di sepanjang pantai. Di area tersebut juga berjajar berbagai macam restoran dan cafe yang menjadikan area tsb ramai dikunjungi warga lokal dan wisatawan. Meskipun area ini jauh dari tourist destination place lainnya, kami sangat happy karena kami dapat menikmati view sunrise, sunset dan night view dari Gwangan Bridge hanya dari jendela kamar kami. View yang sangat indah dan menjadi salah satu highlight dari Busan Trip kali ini. 

    Selain area Gwangan, banyak wisatawan yang memilih area Heundae dikarenakan area tersebut lebih dekat dengan berbagai tourist destination place lainnya, yang berbanding terbalik dengan Gwangan area. Di Gwangan, kami 90% bergantung dengan taksi dan selebihnya menggunakan bus.


  • Place to Visit in Busan

    Enjoying Sunset in Gwangalli Beach (광안리해수욕장)
    Bersyukur apartment kami terletak tepat di seberang Gwangalli Beach, setelah drop off baggage dan beristirahat sejenak, kami bergegas turun untuk menikmati sunset di pantai tsb. Kami melakukan video call dengan keluarga tercinta dan duduk sejenak di hamparan pasir sambil menikmati pemandangan pantai yang begitu indah, semburat orange langit dengan deburan ombak dan angin pantai yang sangat sejuk membuatku sangat relax. Semua ketegangan dan rasa lelah selama beberapa hari kebelakang terasa mencair dan meregang. 

    Banyak warga lokal berjalan-jalan di sekitar pantai, orang tua membawa anak-anak mereka bermain di tepi pantai serta beberapa anak muda bermain dengan petsnya dll. Lucunya selama kami bermain di Gwangalli Beach, kami tidak bertemu dengan satupun turis di sore itu, dan bibir pantai cenderung dikelilingi oleh masyarakat lokal. Sangat menyenangkan.

    Gwangalli Beach

    Playing around Gwangalli Beach

    Gamcheon Culture Village (감천문화마을)
    Salah satu icon wisata kota Busan, Gamcheon Village merupakan sebuah desa di kaki gunung Saha-gu yang diubah menjadi desa wisata dengan ciri khas lorong yang berliku dan berundak-undak serta rumah yang dicat berwarna-warni. Desa ini juga dikenal sebagai "Korea's Santorini" atau "Korea's Machu Picchu" dan telah menjadi salah satu major tourist attraction sejak 2013. 

    Di sana terdapat Gamcheon Culture Village Museum yang menceritakan detail dibangunnya tempat ini, so sebelum menyusuri desa ini, saran saya coba masuk ke dalam museum tsb dan membaca sedikit history tentang keberadaan desa wisata ini sebagai gambaran. 

    Selain banyaknya spot untuk berfoto (termasuk spot foto Little Prince yang antrinya puanjanggg banget), banyak toko souvenirs dan toko snack, cafe dan restoran di dalam area wisata ini. Bahkan ada satu cafe rooftop yang dahulu sempat didatangi oleh Bapak Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke Gamcheon Village pada 2019 silam.





  • Haeundae Market (해운대전통시장)
    Terletak di area Haeundae Beach, pasar ini menawarkan berbagai macam snack dan makanan khas Korea termasuk berbagai macam seafood. Honestly, dibandingkan Myeongdong jajanan di sini jauh lebih enak. Sebut saja Hotteok yang secara total sudah saya beli selama 3x selama 3 hari saya berada di sana. Jangan ditanya, antriannya memang cukup panjang tapi sungguh worth the wait lah intinya. Bisa dikatakan, the best Hotteok in Korea for me, hehe...


    Busan x The Sky (부산엑스더스카이)
    Terletak di Haeundae LCT Landmark Tower yang merupakan gedung bertingkat 101 lantai di mana Busan x The Sky sendiri berada di lantai 98 sampai dengan lantai 100. Pintu masuk ke gedung ini terletak di depan Haeundae Beach dan untuk masuk ke dalam sana, kami harus membeli tiket in advance seharga ~IDR250k yang kami beli di Klook selagi kami menyusun itinerary. Namun, teman-teman bisa membelinya on the spot juga kok, karena di sana juga terdapat vending machine untuk pembelian tiket dan ada receptionist yang siap sedia membantu untuk pembelian tiket tsb.

    Dari lantai 1, kami diarahkan oleh seorang pemandu menuju area lift, tepat sebelum pintu lift terdapat photo booth jika kita ingin mengabadikan momen di sana. Setelah masuk ke dalam lift, terdapat animasi video baik di dinding dan bagian langit-langit lift yang membawa kita menuju lantai 98, kali ini dengan animasi roket menuju luar angkasa. Dalam hitungan kurang dari 1 menit, kamipun tiba di lantai 98 di mana kami bisa menikmati landscape kota Busan dari berbagai sisi. 

    Hari itu, kami tiba di atas sekitar pk. 18.00 waktu Korea, sudah lewat dari waktu sunset, sehingga pemandangan yang kami lihat adalah gemerlap kota Busan di malam hari, sangat cantik. Di sana juga terdapat toko souvenirs serta Starbucks yang sangat hits di Busan. Kamipun menyempatkan diri untuk memesan minuman sambil menikmati landscape Busan pada malam hari. Overall kesan dari kunjungan ke tempat ini persis sama seperti kunjungan ke Observatorium Deck Namsan Tower, namun dengan view yang berbeda. 
    Landscape Busan from Busan x The Sky Observatory


    Busan Blue Line Park or Capsule Train
    (해운대블루라인파그)
    Ini dia primadona tourist place yang cukup naik daun belakangan ini, Capsule Train. Ada dua rute yang dapat kita pilih untuk menikmati capsule train tsb, yaitu jalur Mipo to Cheongsapo atau Cheongsapo to Mipo. Berdasarkan pengalaman kemarin, rute Mipo to Cheongsapo merupakan rute favorit bagi para pengunjung, sehingga hampir semua jam sudah direservasi setiap harinya. Kemudian kami mencoba membeli tiket in advance untuk rute sebaliknya yakni Cheongsapo to Mipo untuk keberangkatan sekitar pk. 07.30 pagi yang ternyata viewnya sangat indah (fare KRW55k for 2). 

    Tips tambahan untuk mencoba capsule train ini, teman-teman sebaiknya booking ticket in advance di official website untuk menghindari tiket sold out jika pembelian dilakukan on the spot. Dan berdasarkan cerita teman-teman, best time untuk menikmati view dari capsule time ini adalah sekitar sunset time (~3.30-5.30), tapi pastinya harus dari jauh-jauh hari bookingnya, karena banyak pengunjung baik lokal maupun turis yang mengincar tiket pada jam tsb. hehe
    Ticket reservation: https://www.bluelinepark.com/eng/booking.do#capsule


    What to Eat in Busan
    Dikarenakan lokasinya yang terletak di pesisir pantai, Busan dikenal sebagai surganya Seafood Korea. Bagaimana tidak, hampir semua local restaurant menjadikan seafood sebagai hidangan utama yang mereka sajikan. Kamipun tak mau ketinggalan mencoba hidangan per-seafood-an di Busan, salah satunya dengan mencoba seafood soup restaurant dekat apartemen kami (황소해물탕~KRW60k for 2) Daebakkk... Seafoodnya besar-besar dan segar, kuah kaldunya tak kalah lezat membuat hari pertama kami di Busan terasa luar biasa. Makan seafood soup dengan view kerlap-kerlip dari Gwangan Bridge di malam hari di tengah dinginnya angin pantai, sungguh nikmat.

    Selain seafood, banyak jajanan dan makanan lokal yang kami coba, seperti Hotteok di Heundae Market, Busan Teokpokki (yang terkenal pedas dan saus yang pekat), Gyeranmari, Honey Comb Ice Cream, etc.
    Haemul Tang Restaurant di seberang Gwangalli Beach


    How to Get Back from Busan to Seoul
    Kami kembali menuju Seoul dengan menggunakan KTX (fare ~KRW70k or eqv toIDR800k), sekedar ingin mencoba sensasi naik kereta cepat ala korea yang ternyata biasa saja, hehe.. Sejujurnya bagi saya pribadi, saya lebih menikmati perjalanan dengan menggunakan express bus, karena view yang dilewati oleh bus lebih menarik untuk dilihat dan dinikmati dibandingkan KTX. Dari sekian banyak perjalanan antar kota yang saya lakukan dengan menggunakan bus, tidak ada satupun hal yang membuat saya tidak nyaman. So, jika kelak saya melakukan trip ke Korea lagi, saya pasti akan memilih express bus daripada KTX untuk transportasi antarkota.


    View from our place
    Salah satu spot foto di Gamcheon Village

    Landscape warna-warni Gamcheon Village

    Spot foto favorit bersama Little Prince






Perks of Autumn in Gyeongju

By hanaumiya - 8 January 2024

 

Gyeongju, annyeong! 

Setelah 3 tahun berlalu akhirnya saya kembali ke sini, salah satu kota ternyaman dan tercantik di Korea, Gyeongju. Kunjungan pertama saya ke kota ini pada musim semi 2019, musim favorit untuk mengunjungi Gyeongju karena kota ini sedang cantik-cantiknya dengan begitu banyak spot untuk menikmati bunga Sakura yang sedang bermekaran; serta menikmati hujan Sakura seperti yang pernah saya tuliskan di sini

Setelah berhasil jatuh cinta pada musim semi di Gyeongju, pada trip kali ini saya memutuskan untuk kembali singgah dan bermain di kota ini untuk menikmati ambiance berbeda kala musim gugur. Perjalanan dari Seoul ke Gyeongju kami tempuh dengan menggunakan Express Bus seperti trip sebelumnya. Setibanya di Express Bus Terminal Gyeongju, kami langsung ke tourist information center dan menunggu taxi untuk membawa kami ke Hanok house tempat kami kami tinggal selama 3 hari kedepan.

Ternyata Gyeongju tampak tak berubah, tetap indah, tetap ramah dan tetap menyenangkan.  Kegiatan yang kami lakukan di Gyeongju juga tidak begitu berbeda, namun saya tetap merasakan sensasi yang berbeda dari setiap hal yang kami lakukan di sini. 

  • Perks of staying in Hanok.
    Traveling ke Gyeongju tidak lengkap rasanya jika tidak merasakan sensasi bermalam di Hanok house, dan kali ini kami memutuskan untuk menginap di Hwangnamgwan Hanok House yang yang berlokasi dekat dari Hwanglidangil area (salah satu hype place di Gyeongju). Sama seperti Hanok house pada umumnya dengan mengusung tidur di atas Futon yang terdiri dari alas tidur yang agak tebal, selimut serta bantal untuk kepala. 

    Hanok house di Hwangnamgwan ini konsepnya adalah "guesthouse" (properti yang dijadikan sebagai penginapan) dengan konsep mirip seperti hotel di mana terdapat receptionist 24 jam serta amenities yang di-refill dan diganti setiap hari. Ini berbeda dengan Hanok house yang sempat saya gunakan pada trip sebelumnya yang mengusung tema "homestay"di mana dalam satu area terdapat beberapa Hanok house dan di mana owner penginapan juga tinggal di area tsb.

    Meskipun menyenangkan, bermalam di Hanok house tetap ada kelemahannya, terutama bagi saya dan sahabat saya, Lia yang suka mengobrol dan bercanda. Dikarenakan partisi antar ruangan hanya berupa kayu-kayu dan kertas, dan jarak antara satu ruangan dengan ruangan sangat berdekatan, sehingga suara berisik tentu akan mengganggu pengunjung lainnya. Kamipun sempat ditegur di malam kedua kami di sana, karena kami melakukan video call dengan salah satu sahabat kami di Jakarta sambil tertawa-tawa. Dan kami berkesimpulan bahwa, tinggal di Hanok house untuk travelling tidak terlalu cocok, cukup hanya untuk merasakan pengalaman saja, dan bukan untuk ditinggali lama ataupun berkali-kali. Hehehe...

    Foto Hanok House pada sore hari
    Kedua foto ini diambil tepat sebelum gelap ketika kami tiba di gyeongju


  • Biking around historical sites.
    Musim semi sebelumnya, saya bersepeda sambil menikmati suasana Gyeongju di sekitaran Cheomseongdae di bawah rintikan hujan a.k.a gerimis tipis yang membuat suhu drop seketika, serta langit cloudy yang membuat hasil tangkapan kamera menjadi kurang sempurna. Namun kali ini, kami bersepeda di tengah langit yang sangat amat cerah di pagi hari dengan suhu yang cukup hangat sekitar 10 derajat celcius. Kami bersepeda mengitari inner side of Cheomseongdae area yang masih cukup sepi, hanya ada beberapa Halmeoni dan Harabeoji yang sedang berjalan pagi mengitari simbol kota Gyeongju tersebut. 

    Setelah bersepeda beberapa putaran serta mengambil beberapa foto, tiba-tiba kami didatangi oleh seorang petugas wisata yang meminta kami untuk tidak bersepeda di
    inner side Cheomseongdae dikarenakan area tersebut hanya untuk pejalan kaki. Kami kemudian bergegas menuntun sepeda kami dan melanjutkan bersepeda di area luar untuk menikmati silver grass di sisi kiri Cheomseongdae yang ternyata tak kalah cantik.

    Pada sore hari menjelang malam, kami kembali mengunjungi Cheomseongdae untuk menyaksikan penampakan observatorium tsb pada malam hari yang katanya tak kalah cantik. Kami duduk-duduk sambil menikmati berubahnya warna langit dari biru menjadi jingga hingga berakhir gelap. Bertahan di depan Cheomseongdae dengan suhu udara yang begitu dingin hingga mencapai ~4 derajat celcius nyatanya tak menciutkan nyali kami untuk menunggu hingga semua lampu dan pencahayaan di area tersebut menyala sempurna. Dan hasilnya, sungguh tak mengecewakan, Cheomseongdae area pada malam hari ternyata memiliki pesonanya sendiri. Terlihat anggun, misterius dan magical. Kamipun menyempatkan diri berfoto di depannya sebelum akhirnya memutuskan untuk segera kembali ke hotel karena angin dingin yang tak henti-hentinya menampar wajah kami malam itu. 
    Silver grass around Cheomseongdae area

Morning stroll at Cheomseongdae
  • Enjoying Night in Hwanglidangil-ro
    Di sepanjang area ini, berjajar berbagai macam restaurant, cafe dan stall makanan dan minuman mulai dari Korean food hingga western food. Tak heran area ini disebut sebagai daerah hype untuk hangout di Gyeongju. Setiap cafe dan restaurant di sana memiliki konsep yang cantik dan unik sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka yang suka berfoto dan mengabadikan momen di berbagai cafe tsb. 

  • What to eat in Gyeongju?
    Semua tentang Gyeongju sangatlah menarik, hanya saja dari dua kali trip saya ke Gyeongju saya masih belum menemukan makanan yang cukup berkesan baik di lidah maupun di hati, hehee.. Sempat satu kali kami mencoba local restaurant dengan rating yang sangat tinggi di Navermap, namun berakhir 2 porsi Kongguksu (soy bean noodle) tsb mubazir tak termakan sama sekali. Awalnya kami tidak tahu kalau itu adalah soy bean noodle, bahkan saya sama sekali tidak tahu bahwa ada makanan itu di Korea (ketahuan deh knowledge tentang K-foodnya masih kurang, hehe).

    Setibanya di lokasi (yang tidak jauh dari Cheomseongdae), kami melihat antrian yang cukup panjang hingga waiting list. Saat itu kami masih yakin bahwa "makanan ini pasti enak", setelah duduk di meja ternyata semua menu disajikan in Hangeul dan tidak ada gambar. Lalu kami memesan 2 porsi menu yang berbeda yang merupakan favorit di restoran tsb. Setelah hidangan datang, tersaji seonggok mie dengan kuah soy bean yang sangat kental dan beraroma kuat. Saya dan Lia sontak berpandangan, kami berdua tidak mengira makanan seperti ini yang datang. Dengan muka hopeless, kami mulai mengaduk hidangan tsb, mencoba Kongguksu tsb, lalu menambahkan beberapa bahan seperti garam, kimchi dan lada dengan harapan setelah percampuran berbagai rasa tsb kami akhirnya bisa memakan si Kongguksu itu. Namun apa daya, suapan kedua saya mengibarkan bendera putih dan give up dengan hidangan ini.

    Kami kemudian memanggil pelayan di sana dan menanyakan apakah ada menu normal seperti kimchi jjigae untuk lunch time, dan Alhamdulillah ternyata restaurant tsb juga menjual jjigae (tapi kenapaaa tidak muncul di menu??? hehehe...) dan berakhir kami memesan kimchi jjigae set dengan ikan goreng sebagai main dishnya. Ini merupakan highlight dari ke-zonk-an kuliner kami selama trip kali ini, yang lumayan menyebalkan, tapi berakhir kami tertawakan sebagai bagian dari pengalaman. Lesson learntnya adalah jangan terlalu percaya dengan rating di Navermap, karena selera makanan bagi warga local belum tentu sama dengan selera kita sebagai tourist.

Anyway, good bye Gyeongju! See you when I see you...


Sunset view