Health Issue
Travel
Thoughts
Review

Romantic N Seoul Tower

By hanaumiya - 25 March 2020


Sebuah kolaborasi catatan perjalanan musim semi yang saya narasikan dan diabadikan oleh teman seperjalanan saya, Niken.
___________

Namsan Tower atau yang lebih dikenal dengan nama N Seoul Tower, merupakan salah satu ikon kota Seoul yang sangat terkenal dan menjadi latar dari beberapa drama Korea favorit kami, sebut saja My Love from The Star, Boys Before Flower, The Heirs dan masih banyak lagi. Mengunjungi Namsan Tower tentunya menjadi kewajiban bagi kami ketika kami berkesempatan melakukan perjalanan ke Seoul, terlebih dengan banyaknya Sakura bermekaran di sekitarnya, tentu akan menambah banyak cerita yang bisa kami bagikan melalui tulisan ini.

Setelah menikmati makan siang di daerah Itaewon dan sholat Zuhur di Masjid Raya Seoul siang itu, kami berjalan menuju bus stop Itaewon Fire Branch Office yang akan membawa kami ke Namsan Tower. Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit dengan bus nomor 3, tibalah kami di kawasan Namsan dengan kondisi jalan yang penuh sesak dengan berbagai bus wisata yang membawa rombongan turis menuju Namsan Tower. Kami kemudian memilih turun dari bus dan berjalan kaki hingga pemberhentian bus sesungguhnya sebelum mendaki ke pintu masuk Namsan Tower. 

Di dekat bus stop tersebut, ada minimarket Seven Eleven yang dipenuhi para wisatawan yang baru akan naik ke Tower ataupun yang sudah turun. Saya tak mau kalah langsung turut membeli cookies dan sebuah Chilsong (sejenis Sprite) untuk menemani saya yang sudah mulai kedinginan. Sedangkan Niken memilih untuk berjalan kaki berkeliling untuk mengambil gambar pemandangan Sakura di sekitarnya. 

View di sekitar N-Tower
Samyang ke-8ku selama di Korea
Angin bertiup dengan kencang, dari yang awalnya sejuk hingga akhirnya benar-benar dingin dan membuat saya memilih masuk ke dalam minimart untuk mencari kursi kosong di dalam ruangan. Ditemani satu cup Samyang Spicy Chicken beserta kimchi, dan Niken dengan buah-buahannya kamipun mengisi perut di sore hari yang dingin itu, berharap kami masih bertenaga untuk mendaki hingga pintu masuk dan juga agar kami tidak akan kelaparan ketika berada di atas sana. ㅋㅋㅋ... 

Setelah perut terisi dan badan sudah mulai hangat, sekitar pukul 17.00 waktu Korea, kami kemudian memulai pendakian menuju pintu masuk Namsan Tower yang berada di atas sana. Sebetulnya ada pilihan lain untuk sampai di sana yakni dengan menggunakan cable car dari Namsan Cable Car yang salah satunya bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 10 menit dari Myeongdong. Tapi kami memilih untuk mendaki sendiri selain karena ingin merasakan momen mendaki dikelilingi Sakura juga untuk menghemat costㅋㅋㅋ...

Pendakian tersebut memang melelahkan, tapi karena kami melakukannya sambil sesekali berfoto dan mengobrol, jarak yang jauh itu menjadi tidak begitu terasa hingga akhirnya kami tiba di area tepat di lantai yang sama dengan pintu masuk ke Namsan Tower. Di area tersebut kita bisa melihat pemandangan kota Seoul dari ketinggian (sebelum nantinya melihat dari puncak Namsan Tower), ada beberapa toko penjual souvenirs, store Olive Young, dan toko lainnya, dan juga di salah satu sudutnya ada spot dimana terdapat Lock of Love yang seperti yang ada di beberapa tempat di sekitar Menara Eiffel Tower dan Venice. 
Spot Lock of Love yang juga sering muncul di beberapa Drama Korea salah satunya My Love From The Star
Kami hanya sebentar mengelilingi area tersebut karena harus bergegas menukarkan tiket masuk yang kami beli di klook.com dan kemudian mengantri di depan pintu masuk untuk menaiki lift. Antriannya memang cukup panjang namun tidak memakan waktu lama, nah ketika kita sudah hampir menuju bibir lift, ada spot photo booth yang fotonya nanti bisa dicetak di tempat pembelian souvenirs (dan tentunya saya dan Niken sama sekali tidak berniat untuk mencetaknya, haha). Setelah sesi photo booth, giliran kami masuk ke dalam lift yang akan mengantarkan kami ke puncak Namsan Tower__tempat di mana Lee Min Ho meratap mencari Park Shin Hye di drama The Heirs,hehe.. Di dalam lift kami diminta untuk melihat ke atap lift yang menyajikan video 3D dengan segala efeknya seakan kita semua sedang naik roket menuju ruang angkasa dan dalam hitungan detik kami sudah tiba dan keluar dari lift . Inilah lantai 5F dari Namsan Tower di mana kita bisa menikmati panoramic kota Seoul 360 derajat dan pemandangan Gunung Namsan.

Di lantai ini juga ada toko souvenirs yang menjual berbagai pernak-pernik khas N Tower dengan harga yang affordable. Ketika saya sibuk berkeliling melihat souvenirs, Niken menyempatkan diri membeli post card yang merupakan salah satu kebiasaannya ketika travelling. Setelah puas melihat souvenirs, kami kemudian duduk di salah satu sisi N-Tower untuk menikmati perubahan langit dari terang ke gelap di mana kami bisa melihat pemandangan Seoul yang penuh dengan kerlap-kerlip lampu di setiap sudutnya dan ini adalah salah satu favorit saya.

Kiri : pemandangan kota Seoul dari puncak N-Tower. Kanan : Penampakan N-Tower dari tempat kami menunggu bus
Setelah puas menikmati pemandangan malam dari ketinggian, kami memutuskan untuk menyudahi chilling time kami di puncak N Tower dan turun ke lantai bawah di mana spot Lock of Love berada. Sesampainya di luar bangunan, kami langsung disambut oleh dingin yang membuat kami bergidik dan membuat kami masuk ke Olive Young untuk menghangatkan diri sambil mencari acne patch (yang sebetulnya bisa dicari di Myeongdong). Karena tak kuasa dengan dinginnya angin malam, saya memutuskan untuk tidak ikut Niken menuju spot Lock of Love untuk mengambil beberapa foto.

Setelah puas mengambil foto, Niken kembali menyusul saya di Olive Young dan kami kemudian bergegas keluar dan turun menuju bus stop yang akan membawa kami kembali ke area Myeongdong untuk mencari makan malam.

The blossom of love and Cherry trees

Kalau banyak yang bertanya-tanya kenapa sih di dalam drama Korea hampir selalu menjadikan N-Tower sebagai salah satu lokasi wajib dalam beberapa adegan kisah cinta, yaa jawaban hanya satu: karena yaaa memang Namsan Towe SEROMANTIS itu :)


Seoul, 12 April 2019
Hana & Niken

A Birthday Contemplation

By hanaumiya - 16 March 2020

Selamat datang di usia baru, Hana!

Tahun terus berlalu dan tanpa disadari ulang tahun justru menandakan semakin pendek waktu kita untuk berada di bumi ini, yang entah kapan jika memang kontrak hidup kita sudah habis ya pastinya kita akan meninggalkan semua yang kita miliki saat ini. 

Ulang tahun bagi saya bukan sesuatu yang istimewa, bukan sesuatu yang saya tunggu, juga bukan sesuatu yang saya takutkan. Saya bukan anti dengan perayaan, bukan juga menggandrungi pesta ulang tahun. Bagian terbaik dari ulang tahun bukanlah ketika tiup lilin, bukan pula ketika mendapat hadiah dari orang-orang tersayang. Bagi saya, bagian terindah itu adalah ketika saya mendengar dan meng-aminkan doa-doa yang disampaikan oleh keluarga, teman, dan orang-orang terdekat saya pada hari tersebut.

Saya mengapresiasi setiap orang yang bersedia menyisikan sedikit waktunya untuk mendoakan meskipun hanya berupa rangkaian kalimat yang dikirim melalui pesan singkat. Doa-doa mereka membuat saya semakin merasa begitu disayang oleh Tuhan, betapa baiknya Tuhan mengirimkan orang-orang ini untuk hadir dalam perjalanan hidup saya. Karena saya percaya bahwa terkadang Tuhan justru mengabulkan doa yang disampaikan orang lain untuk diri kita, dan semakin banyak orang yang mendoakan maka semakin besar juga kemungkinan doa-doa baik tersebut akan dikabulkan oleh Tuhan.

What's your own wishes on your birthday, Hana?
I want to live my life with my own standard of happiness.

Setiap orang tentunya punya standar kebahagiaannya masing-masing, entah standar itu dibuat oleh dirinya sendiri atau bahkan mengikuti standar yang sudah ada dalam masyarakat. Tidak ada lebih baik ataupun lebih buruk dari kedua hal tersebut, semuanya kembali lagi pada kenyamanan masing-masing pihak dalam memaknai keduanya.

Menilik lagi perjalanan hidup sekian tahun ke belakang, saya sadar bahwa selama beberapa waktu lamanya saya sempat menjalani pilihan-pilihan hidup dengan berpatok pada standar yang belaku di masyarakat. Saat itu saya meyakini bahwa sesuatu itu adalah benar / baik jika sesuai dengan yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Yang saya lihat pada saat itu hanyalah ke sisi luar yakni dengan menjadikan standar sosial / masyarakat, tanpa sempat mempertanyakan apakah standar itu sesuai dengan apa yang memang saya inginkan, apakah itu semua sesuai dengan prinsip ataupun value yang saya miliki dan apakah itu semua bisa membuat saya bahagia. Saya tidak pernah bertanya ke dalam diri hingga tidak tahu apa yang sebetulnya saya inginkan dan akhirnya hanya mengikuti apa yang 'seharusnya' dilakukan berdasarkan kacamata masyarakat.

Dengan melakukan banyak self-talk, mendengarkan inner voice dan berkontemplasi, perlahan saya mulai menemukan konsep yang kemudian mendobrak pemikiran saya tentang makna kesuksesan dan kebahagiaan. Dua hal yang dijadikan sebagai tujuan hidup bagi kebanyakan orang, termasuk saya.

Semua orang ingin mencapai kesuksesan dan semua orang juga ingin menjalani hidup yang bahagia. Tapi apakah definisi sukses dan bahagia bagi setiap orang sudah pasti sama? dan apakah dalam satu kelompok masyarakat memiliki standar tertentu mengenai titik kesuksesan dan kebahagiaan itu sendiri?

Pertama, setiap orang punya definisi tersendiri tentang arti sukses dan bahagia. Misal bagi si A sukses itu adalah ketika dia bisa memiliki karir yang mapan dan memiliki rumah serta mobil mewah. Dan mungkin baginya bahagia adalah ketika Ia bisa menikah dengan seseorang yang baik dan memiliki anak-anak yang sehat. Semua pencapaian yang biasanya bisa diukur dengan satuan materi atau sesuatu yang bisa dilihat dengan mata, itulah yang kemudian dipercayai dan juga dijadikan standar kesuksesan dan kebahagaiaan dalam suatu masyarakat.

Pertanyaan selanjutnya adalah, "apakah definisi sukses dan bahagia tersebut adalah definisi yang ingin kita benarkan dan kita ikuti dalam menjalani hidup kita?" atau "apakah hanya karena mayoritas masyarakat menggunakan standar tersebut dalam memaknai sebuah kesuksesan dan kebahagiaan, lalu kita pun harus turut mengikutinya hanya untuk mendapat legitimasi dari masyarakat?"

Kesuksesan tidak melulu tentang materi, tidak melulu tentang jabatan ataupun kekuasaan. Terkadang ia bersemayam dalam bentuk yang abstrak dan mungkin hanya bisa dilihat oleh diri kita sendiri, misalnya saja ketika kita berhasil menjadikan diri kita manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Sesimple ketika kita berhasil mengubah kebiasaan di waktu luang yang sebelumnya banyak digunakan untuk scrolling di Instagram dan memanfaatkan waktu tersebut untuk membaca buku. Juga sesimple ketika kita berhasil bertahan meskipun sebelumnya sudah hampir menyerah_dalam kondisi apapun.

Kedua contoh tersebut mungkin sepele dan mungkin juga tidak ada dalam kategori sukses yang biasanya diakui oleh orang lain. Tapi bagi diri kita, meskipun kecil namun semua keberhasilan dalam mengubah kondisi / kebiasaan dari yang sebelumnya kurang baik menjadi lebih baik tentunya bisa diartikan sebagai salah satu pencapaian dalam perjalanan penghidupan kita.

Kebanyakan dari kita sibuk mempertimbangkan judgement dari orang lain ketika akan melakukan sesuatu atau ketika dihadapkan pada suatu pilihan. Banyak orang yang tanpa sadar membiarkan dirinya terbudaki oleh standart yang berlaku dalam masyarakat sehingga tidak sedikit yang akhirnya terjebak dalam keputusan yang mungkin sebetulnya tidak mereka inginkan.

Kita memang tidak hidup sendiri di dunia ini, ada pihak-pihak yang juga harus dipikirkan dan dijadikan bahan pertimbangan dalam segala hal, mereka bisa berbentuk keluarga, pasangan, sahabat atau apapun itu yang bisa dikategorikan sebagai “ring satu” dalam hidup kita. Orang-orang yang benar-benar mengenalmu, yang mempercayai dan akan mendukung segala keputusan yang kamu ambil.

Saya meyakini bahwa pada akhirnya kitalah yang bertanggung jawab atas hidup yang kita jalani. Semua pilihan dalam hidup yang kita ambil pasti adalah keputusan yang terbaik pada saat itu, terlepas dari hasilnya benar-benar baik atau justru sebaliknya. Yang menjadi poin penting adalah, jangan sampai kita menyesal karena kehilangan kesempatan untuk mengambil keputusan terbaik hanya karena terbelenggu oleh penghakiman orang lain terhadap setiap keputusan yang diambil. Setidaknya, jika memang keputusan itu akhirnya salah, kita tidak akan menyalahkan orang lain, pun jika ternyata keputusan itu benar, justru akan meningkatkan kepercayaan diri bahwa kita mampu secara mandiri mengambil keputusan yang tepat.

Lakukan apa yang menurutmu benar, terlebih lagi lakukan hal yang kamu yakini bisa membuatmu bahagia. Rasanya sayang banget kalau hidup yang sangat singkat ini tidak digunakan sebaik-baiknya untuk membahagiakan diri sendiri dan orang-orang terkasih. WOLO - We only live once, Babe!