21 Januari menjadi salah satu hari yang tidak akan aku lupakan dalan perjalanan hidupku. Berada di sini, bersama para relawan yang luar biasa dan bersama anak-anak hebat penerus perjuangan bangsa ini.
Pagi itu, aku dan beberapa teman relawan yang menginap di penginapan yang sama di Sembalun Bumbung memulai kegiatan kami dengan sarapan bersama. Setelah sarapan, kamipun diantar satu persatu menggunakan motor menuju sekolah tempat kami akan menginspirasi. SDN 02 Sembalun Bumbung memiliki pemandangan yang begitu indah. Begitu takjub melihat sekolah ini dikelilingi oleh perbukitan yang elok nan hijau, benar-benar membuat mata tidak berkedip untuk sekedar menikmati indahnya pemandangan alam ini. Ditambah udara yang begitu sejuk membuat aku tak hentinya mengucap syukur karena berkesempatan berada di sini.
SDN 02 Sembalun Bumbung |
Suasana saat senam |
Para Inspirator dan Panitia Lokal |
Nah sistem mengajar di KI kali ini berbeda dengan KI sebelumnya yang pernah aku ikuti, kali ini satu kelas akan diisi oleh dua orang inspirator dengan latar belakang pekerjaan yang mirip atau berhubungan. Kali ini aku berpasangan dengan Vynna__seorang Legal Officer cantik yang berasal dari Batam. Untungnya sistem seperti ini sudah diinfokan sejak awal, jadi aku dan Vynna sudah sempat berdiskusi beberapa kali mengenai konsep pengajaran kami sebelum datang ke Sembalun.
Rombel pertama yang akan kami pegang adalah kelas 1. Really, this is the first time aku menghandle anak kelas 1 selama ikut KI. Agak khawatir sebetulnya, tapi biar bagaimanapun show must go on!
Kebetulan mata pelajaran sebenarnya anak kelas 1 adalah olahraga, dan Ibu guru sempat menggunakan waktu awal itu untuk mengajak anak-anak pemanasan di lapangan. Yang membuatku takjub dan salut adalah tentang apa yang anak-anak kelas 1 lakukan di lapangan. Pertama, mereka melafalkan Pancasila beserta lambangnya, it looks like they really memorize it! setelah itu mereka menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Garuda Pancasila, berdoa bersama, dan yang lebih kerennya lagi adalah mereka menyanyikan lagu 'Anak Ayam' sebagai sarana untuk berhitung.
Ketika menyanyikan lagu 'Anak Ayam', anak-anak duduk saling berhadapan menjadi 2 kelompok, ketika 1 kelompok menyanyikan "tek-otek otek otek anak ayam turun 10, mati 1 tinggal?" nah kelompok lainnya kemudian menjawab dengan jawaban sebenarnya, begitu seterusnya untuk penambahan dan pengurangan. Aku cukup takjub dengan semua adegan itu. Aku belum pernah menemukan konsep seperti itu di sekolah yang aku kunjungi, bahkan menurutku kini banyak anak-anak yang belum tentu hafal Pancasila beserta lambangnya, anak-anak ini benar-benar kereenn...
Setelah selesai pemanasan, anak-anak kelas 1 ini kemudian diarahkan untuk masuk ke kelas, setelah ibu guru menenangkan mereka, ibu guru keluar dan membiarkan kami mengendalikan kelas.
Anddd... you know whatt?? sekejap setelah ibu guru meninggalkan kami, anak-anak itu langsung berekasi, mereka naik-naik kebangku, mereka berteriak, melompat, bercanda, bahkan mereka mengambil beberapa properti mengajar kami dan dijadikan mainan oleh mereka. Can you imagine the chaos happen in that class??
Suasana saat kami memainkan Wayang Profesi |
Berlanjut ke part 2...........
No comments
Post a Comment