Health Issue
Travel
Thoughts
Review

The Story - Unfulfilled Promise (Part 2)

By hanaumiya - 12 August 2017


Rhaga

“duh, bosan banget gue sakit begini seharian di rumah, gue mau ke makam aja deh” ujar Rhaga seraya bangun dari ranjangnya. Rhaga yang hari itu tidak masuk kantor kemudian berangkat ke makam ayahnya, mengaji dan mengirimkan doa. Itu adalah salah satu kebiasaannya, setiap ada waktu dan setiap kali hatinya tidak enak Rhaga akan pergi ke makam ayahnya sekedar untuk bercerita dan berdoa.

“Masih ada waktu, gue ke makam Reno sekalian deh” Ia kemudian melanjutkan perjalanan menuju makam Reno yang letaknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Reno, sahabatnya sejak kecil, sahabat yang selalu ada setiap saat, sahabat yang sangat menyayanginya dan juga Arimbi. Seusai mengaji dan berdoa di makam Reno, Rhaga mematung, hatinya tidak tenang, merasa bersalah pada seseorang yang seharusnya dibuatnya bahagia namun justru dikecewakannya, dan iapun bergegas pergi menuju tempat itu.

Tidak lama kemudian Rhaga sudah berdiri di depan makam ayah Arimbi. Makam seorang ayah yang putrinya telah ia sakiti, tempat yang pernah dikunjunginya bersama Arimbi untuk memohon restu. Namun hari itu Rhaga kembali ke sana bukan dengan rasa bangga karena telah menjaga dan membahagiakan Arimbi, melainkan datang dengan penuh malu dan rasa bersalah karena telah melalaikan janjinya kepada beliau, ia datang dengan membawa kekecewaan untuk lelaki itu.

“Rhaga, kalau kamu serius dengan Arimbi, kamu harus jaga dia, jangan pernah sakiti anak gadis Om ya Ga.” Ucap Om Arya
“Iya Om, aku serius dengan Arimbi, aku akan jadikan dia satu-satunya wanita yang aku cintai, aku akan jaga dia dan aku ngga akan mengecewakan Om” jawab Rhaga
“Lelaki sejati tidak akan menjilat ludahnya sendiri, kamu paham kan maksud Om” tanya Om Arya
“Iya Om, aku paham” Rhaga menyambung dengan yakin

Itulah sepenggal percakapan terakhir Rhaga dengan lelaki itu, sebelum akhirnya ayah Arimbi meninggal beberapa bulan kemudian. Batinnya menangis mengingat janji yang yang pernah diucapkannya pada beliau. Tapi dia tidak punya kekuatan untuk melawan jalan takdir yang dipilihnya, saat itu.

“Om, saya minta maaf karena tidak bisa menepati janji pada Om” Rhaga lirih menyelesaikan kalimatnya. Ia sadar, tidak sepantasnya ia menunjukkan batang hidungnya di sana, jika Arimbi tahu pasti dia akan marah besar. Tapi Rhaga siap jika harus menerima kemarahan Arimbi, menerima luapan emosi wanita yang pernah dan masih menjadi bagian penting dalam hidupnya itu.

Selesai membersihkan makam, mengaji dan berdoa, Rhaga kemudian pergi. “Mungkin ini akan menjadi kali terakhir saya datang ke sini Om, sekali lagi saya minta maaf” ucap Rhaga dalam hati sambil mengelus nisan Om Arya dan kemudian Rhaga beranjak meninggalkan tempat itu.

“Mbi, aku kangen, tapi aku ngga bisa ngehubungin kamu, aku ngga mau nyakitin kamu lagi Mbii” Ujar Rhaga dalam hati. Batinnya menangis merasa ada yang hilang dari hidupnya setelah ia melepaskan wanita itu.



No comments

Post a Comment