Rhaga
“duh, bosan banget gue sakit begini seharian di rumah, gue
mau ke makam aja deh” ujar Rhaga seraya bangun dari ranjangnya. Rhaga yang hari
itu tidak masuk kantor kemudian berangkat ke makam ayahnya, mengaji dan
mengirimkan doa. Itu adalah salah satu kebiasaannya, setiap ada waktu dan
setiap kali hatinya tidak enak Rhaga akan pergi ke makam ayahnya sekedar untuk
bercerita dan berdoa.
“Masih ada waktu, gue ke makam Reno sekalian deh” Ia
kemudian melanjutkan perjalanan menuju makam Reno yang letaknya tidak begitu
jauh dari rumahnya. Reno, sahabatnya sejak kecil, sahabat yang selalu ada
setiap saat, sahabat yang sangat menyayanginya dan juga Arimbi. Seusai mengaji
dan berdoa di makam Reno, Rhaga mematung, hatinya tidak tenang, merasa bersalah
pada seseorang yang seharusnya dibuatnya bahagia namun justru dikecewakannya,
dan iapun bergegas pergi menuju tempat itu.
Tidak lama kemudian Rhaga sudah berdiri di depan makam ayah
Arimbi. Makam seorang ayah yang putrinya telah ia sakiti, tempat yang pernah
dikunjunginya bersama Arimbi untuk memohon restu. Namun hari itu Rhaga kembali
ke sana bukan dengan rasa bangga karena telah menjaga dan membahagiakan
Arimbi, melainkan datang dengan penuh malu dan rasa bersalah karena telah
melalaikan janjinya kepada beliau, ia datang dengan membawa kekecewaan untuk
lelaki itu.
“Rhaga, kalau kamu serius dengan Arimbi, kamu harus jaga
dia, jangan pernah sakiti anak gadis Om ya Ga.” Ucap Om Arya
“Iya Om, aku serius dengan Arimbi, aku akan jadikan dia
satu-satunya wanita yang aku cintai, aku akan jaga dia dan aku ngga akan
mengecewakan Om” jawab Rhaga
“Lelaki sejati tidak akan menjilat ludahnya sendiri, kamu
paham kan maksud Om” tanya Om Arya
“Iya Om, aku paham” Rhaga menyambung dengan yakin
Itulah sepenggal percakapan terakhir Rhaga dengan lelaki
itu, sebelum akhirnya ayah Arimbi meninggal beberapa bulan kemudian. Batinnya
menangis mengingat janji yang yang pernah diucapkannya pada beliau. Tapi dia
tidak punya kekuatan untuk melawan jalan takdir yang dipilihnya, saat itu.
“Om, saya minta maaf karena tidak bisa menepati janji pada
Om” Rhaga lirih menyelesaikan kalimatnya. Ia sadar, tidak sepantasnya ia
menunjukkan batang hidungnya di sana, jika Arimbi tahu pasti dia akan marah
besar. Tapi Rhaga siap jika harus menerima kemarahan Arimbi, menerima luapan
emosi wanita yang pernah dan masih menjadi bagian penting dalam hidupnya itu.
Selesai
membersihkan makam, mengaji dan berdoa, Rhaga kemudian pergi. “Mungkin ini akan
menjadi kali terakhir saya datang ke sini Om, sekali lagi saya minta maaf” ucap
Rhaga dalam hati sambil mengelus nisan Om Arya dan kemudian Rhaga beranjak
meninggalkan tempat itu.
“Mbi, aku kangen, tapi aku ngga bisa ngehubungin kamu, aku
ngga mau nyakitin kamu lagi Mbii” Ujar Rhaga dalam hati. Batinnya menangis
merasa ada yang hilang dari hidupnya setelah ia melepaskan wanita itu.
No comments
Post a Comment