Health Issue
Travel
Thoughts
Review

Breast Cancer Awareness

By hanaumiya - 11 June 2019


26 November 2014

Hari ini untuk pertama kalinya aku melakukan Breast USG di Mayapada Hospital bersama sahabatku Medy. Perjalanan dari kantor kami tempuh hampir 2 jam dikarenakan macetnya Sudirman-Lebak Bulus. Sesampainya disana kami langsung mendaftar untuk program Breast Cancer Screening di Oncology Dept rumah sakit tersebut. Setelah menunggu proses administrasi selesai, kami langsung diarahkan ke ruang radiologi dimana kami akan melakukan USG Mamae.

Sedikit cerita kenapa awalnya kami bisa melakukan check ini adalah semata-mata untuk sekedar awareness dan pencegahan saja, begitu banyak kasus breast cancer yang berujung pada kematian karena keterlambatan pencegahan dan pengobatan. Nah karena itu aku dan sahabatku berinisiatif untuk melakukan serangkaian test ini sebagai salah satu bentuk awareness kami.

Setengah jam berlalu aku kemudian dipersilakan masuk ke ruang USG untuk bersiap dan mengganti baju dengan pakaian sejenis kimono untuk memudahkan proses USG. Tidak lama kemudian masuklah dr. Amalia Evianti Sp.Rad yang akan melakukan USG padaku. Aku menceritakan keluhanku kepadanya sambil sang dokter mengoleskan semacam gel berwarna bening ke alat USG yang bentuknya seperti roda kecil menyerupai setrika. Perlahan alat tersebut mengelilingi ketiak dan sekeliling payudara kiriku dan tidak ditemukan hal yang mencurigakan, semua terlihat normal. Kemudian USG dilanjutkan dengan meneriksa payudara kananku. Aku tidak merasakan apapun saat itu, dan dari pengecekan payudara kanan ditemukan sebuah bejolan berukuran 1,04 x 0,65 cm, akupun terkesiap mendengar kata-kata dokter tersebut.

Namun seketika dokter tersebut langsung mengatakan bahwa benjolan ini adalah benjolan jinak karena setelah dicek lebih dalam lagi benjolan tersebut berbentuk bulat sempurna dan kosong, tidak ada cairan didalamnya dan tidak ada aliran darah yang masuk kedalam benjolan tersebut. Menurut analisa dokter radiologi, bejolan ini dikenal dalam istilah kedokteran sebagai ‘Fam (Fibroadenomma Mamae)’, yakni benjolan / tumor jinak yang muncul karena faktor hormonal. Namun dokter tersebut enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai case ini karena ini sudah diluar kapasitasnya. Beliau pun merujuk aku untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis Onkologi.

Sepulang dari USG, hati ini begitu tidak tenang, pikirianku dihantui oleh berbagai asumsi negatif mengenai kemungkinan yang akan disampaikan oleh dokter Onkologi besok, namun aku bersaha menenangkan diri. Dua hari kemudian tepatnya hari Jumat, 28 Nov 2014 aku kembali ke Mayapada Hospital sesuai jadwal untuk berkonsultasi dengan Dokter Onkologi disana. Setelah menyelesaikan administrasi, aku langsung cek tensi, suhu tubuh, berat dan tinggi badan, semuanya normal. Tak lama kemudian aku dipanggil untuk masuk ke ruangan dr. Bayu Brahma Sp.B(K)Onk , ini adalah dokter yang direkomendasikan oleh salah seorang teman baikku. Tegang tentunya begitu masuk ke ruangan tersebut, namun setelah melihat wajah dan gesture dr. Bayu akupun menjadi lebih relax.

Begitu masuk, dr. Bayu menyambutku dengan ramah dan ternyata dr. Bayu masih cukup muda dan rupawan, hehe.. dr. Bayu kemudian menanyakan keluhanku sambil membaca hasil USG ditangannya. Ia kemudian meminta izin untuk memeriksaku, aku kemudian berbaring di bilik sebelah tempat pasien diperiksa. Dengan telanjang dada dan hanya dilapisi sehelai kain, dr.Bayu mulai memeriksa kedua payudaraku dengan berpedoman pada hasil USG yang dipegangnya. Kemudian beliau menemukan benjolan tersebut di payudara kananku, dan aku bisa merasakannya.

Setelah selesai diperiksa aku kemudian kembali ke meja untuk mendengarkan penjelasan dr. Bayu. Beliau menjelaskan bahwa benjolan ini tidak berbahaya. Benjolan ini muncul karena ketidakseimbangan hormon esterogen yang bisa disebabkan faktor stress dan kelelahan, dalam istilah kedokteran disebut ‘FAM (Fibroadenomma Mamae)’. FAM merupakan tumor jinak yang biasa muncul pada wanita usia 20-30 tahun, banyak orang mengira bahwa FAM ini adalah sejenis cancer tapi jika sudah diperiksa lebih mendalam ternyata FAM berbeda dengan cancer baik dari segi karakteristik maupun bentuk. FAM tidak bisa hilang dan masih bisa bertambah besar ukurannya, namun perkembangannya sangat lambat dan bisa dihambat dengan pola hidup sehat dan tidak stress. Pada intinya pertumbuhan FAM ini sangat dipengaruhi oleh hormon esterogen, mungkin nanti jika aku hamil hormon esterogennya akan lebih stabil dan bisa mendesak pertumbuhan Fam tersebut. dr. Bayu kemudian menjelaskan mengenai perbedaan antara Fam, Kista dan Kanker, hal ini dimaksudkan agar aku bisa lebih aware apabila ada sesuatu yang mencurigakan dalam tubuhku. Banyak hal yang aku tanyakan mengenai Breast Cancer seperti cara identifikasi, penyebarannya, stadium, proses penyembuhan hingga kemungkinan terburuk pada pasien breast cancer.
Hasil USG Mamae Pertama
Aku kagum dengan sikap tenangnya, sikap ramahnya dan betapa low-profile nya beliau dalam menjelaskan tentang penyakit-penyakit super berat ini. Dari semua penjelasan dr. Bayu malam ini, aku jadi lebih memahami kondisiku, paling tidak aku bisa bernafas lebih lega setelah mendengar penjelasan dari beliau. Meskipun demikian aku tetap harus waspada dan tidak boleh lengah karena perkembangan Fam ini bergantung pada gaya hidupku sekarang dan kedepannya. Namun demikian, dr. Bayu masih memintaku untuk USG kembali 6 bulan kedepan untuk mengecek perkembangan Fam ini, Beliau kemudian memberikan surat rujukan untuk Breast USG dan konsultasi 6 bulan dari sekarang.



10 Juni 2015

Enam bulan setelah pemeriksaan pertama aku kemudian melakukan pemeriksaa kedua. Sama seperti sebelumnya, aku melakukan USG Mamae dengan dr. Amalia Evianti Sp.Rad. Dikarenakan hari itu sudah cukup malam, maka aku memutuskan untuk me-reschedule jadwal konsultasiku dengan dokter Bayu.

Setelah menunggu satu minggu akhirnya tibalah saatnya waktu konsultasi, hari itu kebetulan hujan deras dan perjalanan dari Sudirman menuju Lebak Bulus luar biasa macet. Ketika aku tiba, ternyata dokter Bayu juga belum lama sampai, beliau juga terjebak macet dari RS Dharmais ke sini. Dan seperti biasa, dengan senyum ramahnya dokter Bayu menyambutku dengan riang. Aku sebagai pasien yang bukan pertama kali bertemu dengan beliaupun langsung menyapa beliau dengan semangat. 

Kemudian kami duduk dan dokter Bayu melihat hasil USG di tangannya sambil membandingkan dengan hasil USG sebelumnya. Beliau menjelaskan bahwa tidak ada tambahan bejolan lainnya, dan hanya ada Fam yang sebelumnya memang sudah ada, hanya saja ukurannya ada sedikit kenaikan menjadi 1,23 x 0,68 cm, perubahan ukuran sekitar 0,10 cm dalam waktu 6 bulan. Tapi menurut beliau ini tidak terlalu signifikan dan masih dalam kondisi wajar. 

Dokter Bayu kemudian menanyakan apa aku merasakan keluhan akan adanya Fam ini atau apakah Fam ini sudah mulai mengganggu? dan aku hanya menjawab bahwa aku hanya merasakan nyeri pada saat PMS dan aku tidak merasakan keluhan lainnya. Mendengar jawabanku dokter bayu kemudian menyatakan kondisi aman, maksudnya aku hanya perlu kontrol lagi 6 - 12 bulan dari sekarang untuk melihat lagi perkembangannya. 

Hasil USG Mamae Kedua

Setelah selesai sesi tanya jawab dan konsultasi, dokter Bayu hanya berpesan untuk tetap menjaga pola hidup dan keseimbangan hormonku agar perkembangan Fam ini tetap terkontrol, dan aku kemudian pamit dan berlalu.



15 November 2016

Untuk ketiga kalinya aku melakukan pemeriksaan rutin seperti yang sudah aku jalani dua tahun terakhir. Kali ini untuk USG Mamae aku akan di tangani oleh dr. R.Semuel W Manangka, Sp.Rad sesuai dengan rujukan dokter Bayu. Hari itu saya memulai proses USG sekitar pukul 16.30 di ruang radiologi seperti biasa__ruang yang sudah sangat familiar bagi saya belakangan ini.

Dokter Semuel awalnya menanyakan di mana letak benjolan yang aku miliki, namun jujur aku lupa karena sudah setahun terakhir aku tidak pernah melakukan SADARI, entah karena sibuk atau memang karena sudah lupa akan keberadaannya. Kemudian beliau memulai proses USG seperti biasa dengan menggunakan gel dan alat USG itu. Tidak membutuhkan waktu lama bagi beliau untuk menemukan si Fam tersebut, letaknya sekitar 2 cm dari papilla mamae dan beliau mengatakan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan dari segi ukuran dan bentuk benjolan ini, Beliau kemudian memintaku untuk memegang titik 2 cm dari papilla mamae untuk kemudian nanti aku cek sendiri di rumah untuk memantau perkembangannya secara monthly

Setelah semua bagian diperiksa melalui alat USG, dokter Semuel kemudian mengatakan bahwa tidak ada lagi yang mengkhawatirkan, tidak ada benjolan lainnya baik di mamae dextra ataupun sinistra. Kemudian proses USGpun selesai dan aku hanya perlu menunggu hasil yang sudah dibacakan oleh dokter Semuel keluar untuk kemudian aku bawa untuk berkonsultasi dengan dokter Bayu. 

Keesokan harinya seseuai appointment yang sudah ku buat, aku berkonsultasi dengan dokter Bayu. Beruntungnya aku mendapat nomor urut satu sehingga aku tidak perlu menunggu lama lagi. Inilah yang selalu aku suka, bertemu dokter Bayu dengan sapaan ramahnya membuat rumah sakit yang seharusnya menakutkan dan menegangkan justru menjadi sangat menyenangkan dan membuat aku merasa rileks. 

Berbekal hasil USG terbaru dari dokter Semuel dan hasil USG sebelumnya dokter Bayu kemudian membacakan hasilnya. Dengan senyum khasnya beliau mengatakan bahwa hasilnya bagus, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, yang ada justru ukurannya sedikit lebih kecil dari sebelumnya menjadi 1,11 x 0,67 cm (mengecil sekitar 0,12 cm). Agak kaget sebetulnya ternyata Fam ini bisa mengecil (meskipun sedikit), hehe... 

Seperti biasa, selalu banyak pertanyaan yang muncul di otak ini jika sudah bertemu dokter Bayu, dan seperti biasa pula aku selalu senang mendengar penjelasan beliau yang berusaha dibuat sesimple mungkin agar pasien yang awam dengan istilah dan ilmu kedokteran bisa paham dengan baik. Beliau juga menanyakan apa dalam satu tahun terakhir ada keluhan yang signifikan yang aku alami, aku kemudian menjelaskan bahwa sebulan terakhir saya memang merasakan nyeri seperti ketika PMS, hanya saja waktunya tidak sesingkat PMS pada umumnya, tapi semua masih okay.

Dokter Bayu kemudian menanyakan pola hidupku selama satu tahun terakhir ini, akupun menjelaskan seperti biasa, masih sama dengan yang beliau anjurkan di konsultasi pertamaku, dan ditambah aku yang sudah mulai rutin berolahraga. Mendengar itu beliau tersenyum dan mengatakan kepadaku untuk menjaga dan mempertahankan pola hidupku di garis ini agar kedepannya bisa lebih menghambat perkembangan Fam. Satu lagi yang diingatkan oleh dokter Bayu : "Jangan Stress", hahaha... dokter tau saja kalau aku belakangan sering stress :)
Hasil USG Mamae Ketiga
Setelah semua sesi konsultasi selesai dokter bayu memberikan aku surat rujukan rutin USG mamae untuk 6-12 bulan kedepan, namun jika dalam waktu kurang dari itu aku merasakan nyeri dalam waktu panjang lagi beliau memintaku untuk segera melakukan check up. Selesai semuanya kemudian akupun pamit pergi. And finally aku bisa bernafas lega untuk 6-12 bulan kedepan, thankss so much dokter Bayu!


20 November 2019

Tidak terasa sudah enam tahun berlalu sejak pemeriksaan pertamaku baik dengan dr. Semuel maupun dr. Bayu, kesimpulannya hingga aku sampai pada kesimpulan bahwa Fam ini masih dalam kontrol, tidak menghilang namun juga tidak membesar dan Alhamdulillah tidak mengganggu kehidupanku sehari-hari. Sedikit informasi dari visit terakhirku dengan dr. Bayu, beliau menginformasikan jika kini sudah ada treatment untuk menghilangkan Fam tanpa dilakukan open surgery . Aku lupa nama treatmentnya, tapi berdasarkan informasi beliau, alat dan treatment tersebut baru ada satu di Indonesia dan itu ada di Mayapada Hospital. Nah, jika teman-teman ingin tahu lebih jauh bisa kontak ke sana yah. Catatan dari dr. Bayu, treatement tersebut perlu dilakukan hanya jika Fam tersebut sudah mulai mengganggu atau semakin membesar, dan untuk kasusku rasanya aku masih belum perlu melakukan itu.


Note : 
Jika ada yang bertanya mengapa saya bersedia menulis hal pribadi seperti ini di blog, maka jawabannya hanya satu, saya hanya ingin mengajak para wanita di luar sana (yang mungkin kebetulan membaca tulisan ini) menjadi lebih care dengan kesehatannya. Dengan pengecekan secara dini, penyakit apapun termasuk breast cancer akan lebih mudah dicegah agar tidak masuk ke level yang lebih berbahaya.

Memang FAM yang saya miliki tidak termasuk dalam kategori cancer, tapi dengan pengecekan dini yang rutin saya lakukan serta melalui konsultasi mendalam dengan dokter onkologi membuat saya memahami kondisi saya dengan lebih baik dan membuat saya memahami perbedaan antara FAM, kista dan cancer serta berbagai tanda-tanda dan pencegahannya.

Tidak perlu menunggu sakit untuk datang ke dokter dan tidak perlu menunggu parah untuk melakukan pengecekan diri. Jangan pernah takut untuk mencari tahu mengenai kesehatan diri sendiri karena alasan apapun. Penyakit itu bukanlah aib, tidak perlu malu dan menyembunyikannya, bahkan jika perlu jadilah sebagai role model dan penyemangat bagi orang lain yang memiliki penyakit sama dengan diri kita.

Sharing is caring! Semangat hidup sehat!

7 comments

  1. Makasih sharingnya ya mbak, kebetulan saya lagi cari dokter onkologi.

    ReplyDelete
  2. Makasih sharingnya mb,kebetulan sy salah satu pasien dok bayu di rs dharmais beliau dok yg sngat baik ramah perhatian pd smua pasiennya is the best pokoknya dok bayu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama mba..semoga sedikit sharing ini bisa bermanfaat. Iya mba alhamdulillah,kita doakan smg beliau diberi kesehatan utk terus membantu pasien2nya. Aminn

      Delete
  3. Makasih atas sharingnya, semoga kita selalu sehat kedepannya. Btw sekarang benjolannya sudah hilang kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Dinni,
      Sama-sama yah, semoga bermanfaat.
      Famnya tidak hilang namun alhamdulillah ukurannya berangsur mengecil dengan menjaga konsumsi makanan dan rutin berolahraga :)

      Delete
  4. The tumor in the breast is less than 1 inch across and the cancer has spread to the lymph nodes under the arm. The tumor is between 1 and 2 inches (with or without spread to the lymph nodes under the arm). Breast Cancer

    ReplyDelete