Health Issue
Travel
Thoughts
Review

Surgaku Nerakaku, cuma Dia yang tahu

By hanaumiya - 12 August 2017



Pernah ngga sih kalian denger atau ngeliat orang yang dengan gampangnya nge-judge tentang amalan atau ibadah orang lain dengan membawa-bawa urusan surga dan neraka. Well, misalnya aja begini, ketika ada seseorang yang mengadakan acara santunan kaum dhuafa dan mungkin acaranya besar. Akan ada tuh pihak-pihak dari luar yang dengan santainya bilang "sedekah kok diumbar-umbar, riya banget ya!" 

Astagfirullahaladzim, kenapa sih masih aja ada orang yang sibuk banget ngeliatin dan ngurusin urusan orang lain, ngapain sih bikin dosa dengan menilai apakah ibadah orang itu baik atau tidak, ikhlas atau tidak, toh itu semua sama sekali bukan kuasa mereka loh, juga bukan kuasa satu orangpun di muka bumi ini, semua itu cuma kuasa ALLAH. 

Kalau misalnya kondisinya dibalik "saya mau megadakan santunan dhuafa besar-besaran ah, mumpung ada rejeki, dan malu juga sama orang-orang kalau saya mengadakan santunan kecil-kecilan saja, bisa hilang muka saya di mata warga". Nah kalau seperti ini keadaannya juga sebetulnya bukan urusan kita juga. Semua hal yang kita lakukan bernilai ibadah atau tidak, berbuah pahala atau tidakpun semua itu cuma Allah yang bisa menilai. 

Dengan membuat statement berikut untuk orang lain :

"ibadahnya riya banget, mana mungkin dapet pahala?"
(yang menilai riya itu kan si oknum ini sendiri ya, toh belum tentu si pelaku bener-bener berniat riya. Pertama kalau misalkan benar seperti yang dituduhkan, terus urusannya sama si oknum ini apa? apa dengan berkomentar seperti itu dia akan dapat pahala? yaa enggak dong, justru malah berdosa karena bernilai 'gunjingan'. Ketika si oknum mengurusi pahala orang lain, apa dia udah yakin pahala dia udah lebih banyak dari orang yang diurusin?)

"durhaka sama orang tua tapi rajin sedekah mana mungkin masuk surga"
(hayooo yang menilai orang itu durhaka siapa? bisa jadi menurut dia orang itu anak durhaka tapi bagi orang tuanya justru dia anak baik, lalu ditambah dengan rajin sedekah, dan semua itu ternyata diganjar pahala sama Allah, lalu urusan sama si oknum itu apa hayoo? gak untung justru buntung karena nambah dosa)

"kelihatannya saja anak alim, tapi rajin main perempuan, ngga takut sama Allah apa ya?"
(yang menilai anak itu alim siapa? si oknum itu juga kan ya? bisa jadi orang itu sebetulnya ngga alim juga, terus mungkin dia juga memang hobi main perempuan. Lalu ngapain kita ngurusin dosanya orang itu atau bahkan ngurusin nerakanya dia? ngga ada untungnya Sis Bro.

Atau statement ini untuk diri sendiri dan orang lain :

"Kalau sedekahnya banyak mudah-mudahan pahalanya makin banyak, ngga seperti tetangga sebelah yang sedekahnya sedikit-sedikit"
(Ini lumayan bahaya, karena bercampur dengan rasa sombong di dalamnya karena merasa lebih baik dan menendahkan pihak lain. Belum tentu sedekah yang banyak akan benilai pahala yang banyak juga. Dan bisa jadi sedekah orang lain yang sedikit itu justru lebih diterima oleh Allah karena keikhlasannya)

"Alhamdulillah saya ustadz, jadi saya bisa memberikan banyak ilmu bagi orang lain, tapi lihat deh si bapak X, bukan ustadz juga bukan ulama kok pede banget ngajarin orang mengaji"
(sama dengan cerita di atas, kalimat ini juga mengandung kesombongan, karena setahu saya, dalam agama kita diminta untuk berbagi ilmu meskipun hanya satu ayat. Tidak harus menjadi ulama besar atau ustadz kondang terlebih dahulu baru kita boleh mengajarkan sesuatu kepada orang lain. Misalkan saja sekedar untuk mengajarkan membaca alquran dengan tajwid, jika kita sudah tahu dan mengerti dengan baik, maka tidak ada yang salah kalau kita mau berbagi ilmu itu kepada orang lain, sedikit ilmu jika dibagikan dengan ikhlas insyaallah Allah akan melihatnya).

Jangan pusing-pusing mikirin pandangan orang lain pada diri kita, biarkan saja orang lain mau menilai kita seperti apa, mau dipandang rendah sekalipun kita tidak perlu khawair. Toh pandangan mereka tidak akan mengubah secuilpun pandangan Allah terhadap diri kita. Belum tentu mereka yang merasa lebih baik, mereka yang merasa lebih beriman, mereka yang merasa terhormat itu di mata Allah jauh lebih baik dari kita. No way!

Sooo... intinya ngga usah buang-buang energi, tenaga dan pikiran untuk ngurusin dosa atau pahalanya orang lain, surga kita aja belum tentu terjamin, terus ngapain sampai ngurusin surga dan nerakanya orang lain. Penilaian kita sebagai manusia itu sama sekali tidak akan memengaruhi penilaian Allah terhadap setiap hambanya. Bernilai pahala atau tidaknya suatu amalan yang kita lakukan, semua berbalik kepada niat awal kita ketika melakukannya, dan satu-satunya penilai terbaik dan hakim terbaik adalah Allah SWT.



"Jangan pernah pusing dan takut atas penilaian orang lain terhadap diri kita, pusingkan dan takutkanlah penilaian Allah terhadap diri kita." - HNU

No comments

Post a Comment